21 hours left I'll be at the airport and ready to fly with Cathay Pasific to Japan.
Pray for Indonesia, family, myself and all people. Fight for my destiny.
Nothing is impossible.
So, I'll be a new human while I'm back :)
See you!
Yolody's Room
Tuesday, December 1, 2009
Wednesday, November 25, 2009
Susahnya Jujur
Siang ini gue baru saja menyelamatkan seorang kawan. Eit.. Bukannnya gue seorang Superman yang menyelamatkan kawan gue itu dari tabrakan mobil, bukan juga gue seorang malaikat yang menyelamatkan iblis melariakn diri dari neraka. Gue hanya menyelamatkan kawan saya itu dari pembohongan pada orang lain dan pada perasaan dirinya sendiri.(padahal gue juga susah untuk jujur sama perasaan).
Kawan gue (kalo versi majalah disebutnya 'Kawanku'-->super garing becandanya) yang jelas-jelas nggak single itu dilanda dilema, antara mau memperdalam hubungan sama orang lain yang diam-diam mencuri perhatiannya, atau nggak ada hubungan sama sekali. Satu sisi ia mau lebih memastikan perasaannya sama orang itu, apa benar selama ini sebersit rasa sukanya benar-benar terbukti, satu sisi ia takut untuk jujur pada pacarnya tentang perasaannya.
Gue cuma bilang, jangan pernah main belakang. Kalau memang mau memastikan bagaimana perasaannya ya nggak salah, tapi harus jujur. ..dan akhirnya ia memutuskan.. untuk nggak melajutkan. Tapi gue merasa masih ada rasa sesal di hati kawan gue itu atas keputusannya. Mungkin suatu saat, rasa penasaran dan keinginannya akan muncul lagi, dan ia mungkin akan meminta saran lagi.
Hm.. Memang susah untuk berkaca dan jujur pada diri sendiri ya.
Kawan gue (kalo versi majalah disebutnya 'Kawanku'-->super garing becandanya) yang jelas-jelas nggak single itu dilanda dilema, antara mau memperdalam hubungan sama orang lain yang diam-diam mencuri perhatiannya, atau nggak ada hubungan sama sekali. Satu sisi ia mau lebih memastikan perasaannya sama orang itu, apa benar selama ini sebersit rasa sukanya benar-benar terbukti, satu sisi ia takut untuk jujur pada pacarnya tentang perasaannya.
Gue cuma bilang, jangan pernah main belakang. Kalau memang mau memastikan bagaimana perasaannya ya nggak salah, tapi harus jujur. ..dan akhirnya ia memutuskan.. untuk nggak melajutkan. Tapi gue merasa masih ada rasa sesal di hati kawan gue itu atas keputusannya. Mungkin suatu saat, rasa penasaran dan keinginannya akan muncul lagi, dan ia mungkin akan meminta saran lagi.
Hm.. Memang susah untuk berkaca dan jujur pada diri sendiri ya.
Thursday, November 19, 2009
Go Green!
Tuesday, November 17, 2009
Gado gado
Huaaaa.. Kemarin perasaan gue campur aduk. Menjelang dan akhirnya bertemu dengan orang nggak gue sangka-sangka bakal ketemu yang menurut gue.. auranya kuat.
Senang, sumringah, heran, curiga, tiba-tiba kaget, tegang, grogi banget, ngebet, greget, panik, segan, takut, pesimis, girang, berharap.
Hayoo emang gue ngapain ituuu? Rahasia. :p
Pokoknya gue merasa di satu titik gue berharap penuh, dan karena terlalu berharap sampai perasan tegang dan grogi muncul.
Senang, sumringah, heran, curiga, tiba-tiba kaget, tegang, grogi banget, ngebet, greget, panik, segan, takut, pesimis, girang, berharap.
Hayoo emang gue ngapain ituuu? Rahasia. :p
Pokoknya gue merasa di satu titik gue berharap penuh, dan karena terlalu berharap sampai perasan tegang dan grogi muncul.
Monday, November 16, 2009
Jadi model sehari
Sunday, November 15, 2009
Mengejar kereta
Minggu, 15 Nov 2009
Bersama tim TV Production 'Seven Wonders', kami mengejar komunitas Jakarta Rubiks Club yang sedang mengadakan gathering di Plaza Ekalokasari Bogor. Dengan modal Rp 5.500/orang kami naik kereta ekonomi AC Manggarai-Bogor.
Baru sampai nih di Bogor.. :p
Menyimak para rubiks-ers bermain dengan metode Blind Fold. Cool!
Foto bareng di foodcourt Plaza Ekalokasari
Bersama tim TV Production 'Seven Wonders', kami mengejar komunitas Jakarta Rubiks Club yang sedang mengadakan gathering di Plaza Ekalokasari Bogor. Dengan modal Rp 5.500/orang kami naik kereta ekonomi AC Manggarai-Bogor.
Baru sampai nih di Bogor.. :p
Menyimak para rubiks-ers bermain dengan metode Blind Fold. Cool!
Foto bareng di foodcourt Plaza Ekalokasari
A silent night in Cava Cafe
Saturday, 14th November 2009
White lines on the windows and the light bring romantic atmosphere into Cava Cafe
A book with a plate of cheese french fries, mocktail Cava Sunset and moctail Cava breeze
Flowers covering one side of the wall ang the ceiling
Having 2 hours and 30 minutes evening therapy for getting rid of tiredness through chatting and laughing :)
White lines on the windows and the light bring romantic atmosphere into Cava Cafe
A book with a plate of cheese french fries, mocktail Cava Sunset and moctail Cava breeze
Flowers covering one side of the wall ang the ceiling
Having 2 hours and 30 minutes evening therapy for getting rid of tiredness through chatting and laughing :)
Thursday, November 12, 2009
Pesan dari orang yang baru dikhianati
Oh demit, ada pesan aneh dari orang aneh yang masuk ke inbox facebook gue pagi ini.
Kalo gue baca selintas, kayaknya ini orang habis putus sama pacarnya, tapi kok ya musti ngumbar-ngumbar gitu ya?
Nggak usah sok-sok bikin sensasi lah kayak artis-artis jaman sekarang (ini gara-gara sering nonton infotaiment), gak penting deh loe! Lagian, kalo emang cewek loe yang berkhianat dan membuat loe menderita (haduuh bahasanya sinetron banget ya) ya loe selesein berdua laaahh! Nggak perlu loe kirim pesan ke orang-orang, padahal gue juga nggak kenal loe.
Kalo gue jadi cewek loe itu yaa,, gak sepenuhnya salah kyknya kalo ninggalin loe, secara cara loe aja kampungan banget. Mending intropeksi diri lah,, Atau mending loe ikut kursus-kursus apa kek,, biar nggak ngurusin beginian dengan cara begini juga.
Maaf ya gue salin pesan loe di sini, nggak maksud buat makin bikin heboh. Tenang aja, nama loe dan profil cewek loe itu gue sensor (tapi taruhan, gue yakin loe lebih seneng kalo gue nggak sensor). Semoga loe agar sedikit tersadar kalau loe baca blog gue ini.
Begini isi pesannya:
Ucok Slalu Saiiyank Dini (nama dipalsukan) November 13 at 10:49am Reply
Brader..Sister...smuanya...tolong bantuin Gw yach...
Gw lg butuh dukungan kalian smua'x....
tolong sent messages apa saja/sadarkan dia akan apa yg tLah dilakukan slama ini ke gw yg bikin gw sakit hati dan menderita ke http://www.facebook.com/profile.php?id=10000045305XXXX
Gw kecewa bgt karna di khianati...smua janji manisnya ke Gw cm Hanya tuk pelampiasan sepi'nya dia aja...ketika gw balk lg ke jkt..Gw malah dikecewakan sama dia....Gw Hancur bangEt....!!!!
Please yach aLL....Help mE....
Thx B4...
Hiks...hiks..hiks
>> Ucok y9 sLaLu Kecewa di Khianatin <<
Kalo gue baca selintas, kayaknya ini orang habis putus sama pacarnya, tapi kok ya musti ngumbar-ngumbar gitu ya?
Nggak usah sok-sok bikin sensasi lah kayak artis-artis jaman sekarang (ini gara-gara sering nonton infotaiment), gak penting deh loe! Lagian, kalo emang cewek loe yang berkhianat dan membuat loe menderita (haduuh bahasanya sinetron banget ya) ya loe selesein berdua laaahh! Nggak perlu loe kirim pesan ke orang-orang, padahal gue juga nggak kenal loe.
Kalo gue jadi cewek loe itu yaa,, gak sepenuhnya salah kyknya kalo ninggalin loe, secara cara loe aja kampungan banget. Mending intropeksi diri lah,, Atau mending loe ikut kursus-kursus apa kek,, biar nggak ngurusin beginian dengan cara begini juga.
Maaf ya gue salin pesan loe di sini, nggak maksud buat makin bikin heboh. Tenang aja, nama loe dan profil cewek loe itu gue sensor (tapi taruhan, gue yakin loe lebih seneng kalo gue nggak sensor). Semoga loe agar sedikit tersadar kalau loe baca blog gue ini.
Begini isi pesannya:
Ucok Slalu Saiiyank Dini (nama dipalsukan) November 13 at 10:49am Reply
Brader..Sister...smuanya...tolong bantuin Gw yach...
Gw lg butuh dukungan kalian smua'x....
tolong sent messages apa saja/sadarkan dia akan apa yg tLah dilakukan slama ini ke gw yg bikin gw sakit hati dan menderita ke http://www.facebook.com/profile.php?id=10000045305XXXX
Gw kecewa bgt karna di khianati...smua janji manisnya ke Gw cm Hanya tuk pelampiasan sepi'nya dia aja...ketika gw balk lg ke jkt..Gw malah dikecewakan sama dia....Gw Hancur bangEt....!!!!
Please yach aLL....Help mE....
Thx B4...
Hiks...hiks..hiks
>> Ucok y9 sLaLu Kecewa di Khianatin <<
Wednesday, November 11, 2009
Tuesday, November 10, 2009
Rafael Kalya Yolodi's birthday
Tuesday, Nov 10 2009
Preparation: one day before
Cupcakes made by my mom.
U know what,the letters made from Marzipan and they were so soft and jelly, so I must be really careful making 'em.
Cute birthday cake made by my mom's love for Rafa
Rafa was trying to blow the candles, but they were done by Khan and Lana
Preparation: one day before
Cupcakes made by my mom.
U know what,the letters made from Marzipan and they were so soft and jelly, so I must be really careful making 'em.
Cute birthday cake made by my mom's love for Rafa
Rafa was trying to blow the candles, but they were done by Khan and Lana
Friday, November 6, 2009
LA LIGHTS INDIE MOVIE
Gue baru ngeliat kalo gue masuk 50 Besar short story competition LA LIGHTS INDIE MOVIE bulan Juni 2009 lalu. Selanjutnya dipilih empat besar.
Otak gue mikir, jauh banget dari 50 langsung terjun bebas ke empat? Gue ke berapa yaaa? Apa mungkin gue ke-5 dan gara-gara cuma dipilih empat jadinya gue nggak masuk? (hehehe percuma aja ya dipikirin lama-lama, toh nggak bakal tau juga).
Nggak apa-apa, next time gue harus lebih bagus lagi. :)
Otak gue mikir, jauh banget dari 50 langsung terjun bebas ke empat? Gue ke berapa yaaa? Apa mungkin gue ke-5 dan gara-gara cuma dipilih empat jadinya gue nggak masuk? (hehehe percuma aja ya dipikirin lama-lama, toh nggak bakal tau juga).
Nggak apa-apa, next time gue harus lebih bagus lagi. :)
Thursday, November 5, 2009
Lauching buku AMSAT
Irfan Hakim Goes to Bloop
Tuesday, November 3, 2009
Alberthiene Endah, penulis yang tak kenal gundah
Selasa, 3 November 2009.
17.30-20.30 pm
Cahaya temaram mengiringi langkah kami di atas lantai kayu dalam sebuah restoran bernuansa etnik romantis. Setiap pijakan kakiku menyisakan debar jantung yang tidak beraturan dalam dada. Seorang di dalam sana adalah sosok yang kutunggu, kuimpikan untuk bertemu dalam beberapa tahun terakhir ini. Bukan mantan pacarku, bukan pula calon tunanganku. Kalau kamu menebak ia lelaki, salah. Ia seorang wanita yang selama ini menjadi ispirasiku dalam berkarya. Sang penulis yang tidak merasa dirinya istimewa, dan tidak pernah ada waktu untuk berpikir apa hebatnya berjumpa dengannya.Tapi, saya sangat merasa istimewa untuk berjumpa dengannya. Alberthiene Endah.
Seorang penulis yang novel-novelnya bertengger di rak buku saya di rumah, duduk persis di depanku. Nyata. Saya yakin ini bukan mimpi. Dalam waktu kurang lebih dua jam, kami berempat mengobrol santai. Segelas ice lemon tea, jus pepaya, dan lilin di atas meja menjadi saksi bisu keberanian dan perjuangan seorang AE bisa menjadi sekarang. Dengan santai ia mengatakan awalnya ia yang bukan siapa-siapa, hanya dengan berani memutuskan untuk mencintai dunia menulis, mencoba konsisten dan fokus, ia menemukan birahi sebenarnya dalam hidup.
Perjuangan AE berawal dari menjadi seorang jurnalis di majalah gereja “HIDUP”, lalu menyeberang ke Femina dan menetap di sana selama sepuluh tahun, sampai ia melompat menjadi penulis biografi, novel dan terjun menjadi penulis skenario. Baginya, untuk menjadi penulis yang melakoni keempat macam bidang tersebut, memiliki keistimewaan sendiri.
Jurnalis, membuatnya bisa bertemu orang-orang baru, dan membuatnya kaya pergaulan. Hal semacam itu lebih mahal dari sekian seri mata uang di negara manapun, karena tidak semua orang bisa mendapat rejeki yang ia miliki. Berbeda dengan biografi, di mana ia harus menggunakan haitnya untuk memasuki perasaan tokoh yang sedang ditulisnya. Ketika si tokoh memiliki masalah, AE pun harus berani untuk benar-benar merasakan, agar setiap huruf yang ia rangkai terdapat ruh di dalamnya. Sampai sekarang, ia sangat berhasrat untuk bisa menulis biografi Anggun, sang diva Indonesia di Prancis. Baginya, Anggun adalah seorang wanita Indoensia yang hebat dan berani, berani untuk tidak mengacuhkan hinaan-hinaan masyarakat Indonesia ketika dulu, dan berani meraih mimpinya. Sekarang, seluruh dunia bisa menilai sendiri keindahan suara yang dimiliki Anggun seperti apa.
Beralih dari biografi menuju dunia novel dan script, tidak perlu diragukan lagi. AE bisa menuangkan semua ide-ide liar dan menyampaikan idealismenya secara bebas terbentang melalui ketikannya di atas keyboard. Tentunya sebelum menjadi rangkaian cerita pada novel dan script, yang pada akhirnya dinikmati orang banyak.
Hal lain yang AE sampaikan di sela cerita dan tawanya yang renyah, bahwa seorang penulis itu harus bemodal dua hal; imajinatif dan disiplin. Selain itu, penulis harus bisa peka dan adaptif terhadap apapun, agar bisa melahirkan tulisan yang bagus. Tidak hanya sekedar tulisan yang tidak berkarakter. Ketika salah satu teman saya bertanya padanya untuk mengungkapkan tulisannya dalam tiga kata, ia menjawab, “Real. Easy to read. (Gawat, yang ketiga saya lupa!).” Menurutnya, tulisan yang bagus bukanlah yang membuat orang berpikir lama unutk mencerna kata-katanya, melainkan membuat orang mudah mengerti dan memahami maknanya.
Hari ini benar-benar manjadi hari istimewa bagi saya, dan melalui tulisan ini saya hendak berbagi dengan orang-orang yang belum kesampaian bertemu dengan AE. Walaupun hanya membaca dari ketikan jari-jari saya yang tidak lentik ini, semoga dapat merasakan ruh tulisan saya, dan terinspirasi seperti yang saya rasakan.
Sebelum benar-benar menyudahi, saya mau menuliskan quote dari mbak Alberthiene Endah:
“Setiap orang harus memiliki keberanian untuk melangkah maju, jangan terlalu lama berpikir dan diam di tempat, dan ketika keinginan sudah tercapai rasanya akan senang sekali.”
17.30-20.30 pm
Cahaya temaram mengiringi langkah kami di atas lantai kayu dalam sebuah restoran bernuansa etnik romantis. Setiap pijakan kakiku menyisakan debar jantung yang tidak beraturan dalam dada. Seorang di dalam sana adalah sosok yang kutunggu, kuimpikan untuk bertemu dalam beberapa tahun terakhir ini. Bukan mantan pacarku, bukan pula calon tunanganku. Kalau kamu menebak ia lelaki, salah. Ia seorang wanita yang selama ini menjadi ispirasiku dalam berkarya. Sang penulis yang tidak merasa dirinya istimewa, dan tidak pernah ada waktu untuk berpikir apa hebatnya berjumpa dengannya.Tapi, saya sangat merasa istimewa untuk berjumpa dengannya. Alberthiene Endah.
Seorang penulis yang novel-novelnya bertengger di rak buku saya di rumah, duduk persis di depanku. Nyata. Saya yakin ini bukan mimpi. Dalam waktu kurang lebih dua jam, kami berempat mengobrol santai. Segelas ice lemon tea, jus pepaya, dan lilin di atas meja menjadi saksi bisu keberanian dan perjuangan seorang AE bisa menjadi sekarang. Dengan santai ia mengatakan awalnya ia yang bukan siapa-siapa, hanya dengan berani memutuskan untuk mencintai dunia menulis, mencoba konsisten dan fokus, ia menemukan birahi sebenarnya dalam hidup.
Perjuangan AE berawal dari menjadi seorang jurnalis di majalah gereja “HIDUP”, lalu menyeberang ke Femina dan menetap di sana selama sepuluh tahun, sampai ia melompat menjadi penulis biografi, novel dan terjun menjadi penulis skenario. Baginya, untuk menjadi penulis yang melakoni keempat macam bidang tersebut, memiliki keistimewaan sendiri.
Jurnalis, membuatnya bisa bertemu orang-orang baru, dan membuatnya kaya pergaulan. Hal semacam itu lebih mahal dari sekian seri mata uang di negara manapun, karena tidak semua orang bisa mendapat rejeki yang ia miliki. Berbeda dengan biografi, di mana ia harus menggunakan haitnya untuk memasuki perasaan tokoh yang sedang ditulisnya. Ketika si tokoh memiliki masalah, AE pun harus berani untuk benar-benar merasakan, agar setiap huruf yang ia rangkai terdapat ruh di dalamnya. Sampai sekarang, ia sangat berhasrat untuk bisa menulis biografi Anggun, sang diva Indonesia di Prancis. Baginya, Anggun adalah seorang wanita Indoensia yang hebat dan berani, berani untuk tidak mengacuhkan hinaan-hinaan masyarakat Indonesia ketika dulu, dan berani meraih mimpinya. Sekarang, seluruh dunia bisa menilai sendiri keindahan suara yang dimiliki Anggun seperti apa.
Beralih dari biografi menuju dunia novel dan script, tidak perlu diragukan lagi. AE bisa menuangkan semua ide-ide liar dan menyampaikan idealismenya secara bebas terbentang melalui ketikannya di atas keyboard. Tentunya sebelum menjadi rangkaian cerita pada novel dan script, yang pada akhirnya dinikmati orang banyak.
Hal lain yang AE sampaikan di sela cerita dan tawanya yang renyah, bahwa seorang penulis itu harus bemodal dua hal; imajinatif dan disiplin. Selain itu, penulis harus bisa peka dan adaptif terhadap apapun, agar bisa melahirkan tulisan yang bagus. Tidak hanya sekedar tulisan yang tidak berkarakter. Ketika salah satu teman saya bertanya padanya untuk mengungkapkan tulisannya dalam tiga kata, ia menjawab, “Real. Easy to read. (Gawat, yang ketiga saya lupa!).” Menurutnya, tulisan yang bagus bukanlah yang membuat orang berpikir lama unutk mencerna kata-katanya, melainkan membuat orang mudah mengerti dan memahami maknanya.
Hari ini benar-benar manjadi hari istimewa bagi saya, dan melalui tulisan ini saya hendak berbagi dengan orang-orang yang belum kesampaian bertemu dengan AE. Walaupun hanya membaca dari ketikan jari-jari saya yang tidak lentik ini, semoga dapat merasakan ruh tulisan saya, dan terinspirasi seperti yang saya rasakan.
Sebelum benar-benar menyudahi, saya mau menuliskan quote dari mbak Alberthiene Endah:
“Setiap orang harus memiliki keberanian untuk melangkah maju, jangan terlalu lama berpikir dan diam di tempat, dan ketika keinginan sudah tercapai rasanya akan senang sekali.”
Dua jam yang meracau sampai satu menit sebelum bertemu Alberthiene Endah..
16.30 pm.
Setelah berkeliling dari pagi sampai sore ke sekolah-sekolah di Jakarta dalam rangka urusan kantor, gue diturunin Chris di depan Balai Sudirman, tempat yang pas buat mencegat taksi. Gue hadanglah taksi biru kesayangan Indonesia (hehe.. everybody knows) untuk segera meluncur ke rumah ketiga mbak AE yang mau gue temui nanti. PS.
Jalanan dekat semanggi macet gila, dan gue amat sangat berharap jangan sampai gue telat dateng, kan nggak etis banget rasanya. Akhirnya, dengan modal komat-kamit doa sedikit di bibir, sampailah gue di PS dengan membayar 36 ribu perak ke abang taksi berbadan gendut, berkulit hitam dan bergigi sedikit maju itu. Gue langsung sms Desbud, teman gue yang mau mewawancara mbak AE. Katanya, wawancara jam enam. Sip aman. Gue masih ada waktu satu jam nangkring di Kinokuniya.
Eskalator demi eskalator gue jabanin sampai lantai lima. Sms masuk ke HP gue, dan Desbud bilang ketemuan di PS batal, jadinya di Loro Jonggrang- Menteng, karena mbak AE-nya baru aja cabut dari PS. Selinting ide goblok menggamit pikiran gue, coba kalo gue ketemu dia di PS, dan gue bilang “halo mbak AE, kenalin saya Faye ( sambil memaksanya bersalaman sama gue). Mbak mau diwawancara majalah Hers kan? Ntar mau ikutan wawancara mbak, lho. Bisa saya nebeng ke Loro Jonggrang?”
Hehe,, Tenang saja, itu hanya sekedar imajinasi gue, nggak mungkin juga gue ngelakuin itu kali. Gue masih punya manner kali. Tapi, imajinasi itu membuat gue tertawa sendiri sambil menuruni eskalator.
Eniwei, Loro Jonggrang.. Tempatnya sih tau banget (sering lewatin soalnya, masuk sih nggak pernah), tapi, arah jalannya, gue buta bangeeet! (ini masalah keturunan dari nenek gue aja, yang penyakit buta jalannya turun ke nyokap gue dan gue)
Panik. Gimana nih kalo gue nyasar? Gimana kalo jalanan macet? Gimana kalo gue diajak muter-muter sama supir taksi? Gimana kalo gue dateng telat pas wawancara udah selesai? AKhirnya, gue nelpon cowok gue, Edwin, yang jelas-jelas lagi tidur di rumah (habis lembur di kantor dan nggak tidur berhari-hari). Karena panik, gue ngomong merepet ke dia, untuk nanya jalan. Dia nggak jawab langsung (iyalaah, nyawa masih belum kekumpul sepenuhnya), lalu menjelaskan arah jalan ke gue dengan sabar, walaupun gue nggak ngerti-ngerti.
Gue buru-buru keluar dari lobby, berjalan di samping barisan taksi biru dan masuk ke taksi paling depan. Astaga, gue kenal banget sama badannya, giginya si supir, dan ternyata itu supir yang nganterin gue ke PS tadi! Benar-benar berjodoh gue sama dia.
Gue bolak-balik telpon Edwin,menerornya lebih enak lewat Thamrin atau HI atau Four Season. Semakin dijelasin, semakin gue nggak ngerti, semakin marah-marah nada ngomong gue (maaf yaaa, gak bermaksud). Gue takut dibawa kabur sama supir taksinya karena ketauan gue nggak tau jalan (dan supirnya nggak tau kalo gue makannya banyak!), apalagi supir taksinya nggak tau di mana Loro Jonggrang.
Akhirnya, dengan segala perjuangan dan kepanikan gue, sampailah gue di kantor Dezbud di dekat Loro Jonggrang. Supir taksinya ternyata nggak bawa gue muter-muter, antara dia males nyulik gue karena gue berisik banget , atau memang dia jujur.Gue membayar jumlah uang yang sama ke supir taksi yang sama pula sebanyak 36 ribu perak lagi (beneran jodoh kayaknya).
Langsung gue meng-sms Edwin dengan serangan minta maaf karena mengganggu tidurnya yang langka itu. Gue tau dia pasti bête, dan untungnya dia sangat mengerti kalau gue jadi panik karena takut nggak bisa kesampaian ketemu sama mbak AE (Thanks dude!).Dezbud turun nyamperin gue yang udah kayak lalat yang nempel di meja resepsionis, dan berangkat bareng ke Loro Jonggrang, juga bersama editor Hers, mbak Rina.
Tiba di depan restoran Loro Jonggrang, perasaan semakin campur aduk. Gimana kalo mbak AE itu sombong ya? Gimana kalau gue kelihatan bego ya di depannya? Gimana kalau dia nggak mau berteman sama gue ya? Gimana kalo gini, kalo gitu..
Akkh,, hati kecil menampar gue, serasa berkata “adduuuhh kamu tinggal semenit mau ketemu idola kamu,masih mikir macem-macem. Kalau memang mau ketemu dan berteman sama mbak AE ya lakuin aja!!”
Benar. Gue hanya punya semenit untuk mengusir perasaan-perasaan negatif itu.
Sesaat gue sadar, untuk berpikiran jelek atau baik itu adalah pilihan. Dan tentu gue memilih yang kedua. Dengan perasaan senang dan optimis, gue bertiga masuk melewati daun pintu Loro Jonggrang, mencari sosok yang gue cari.
Setelah berkeliling dari pagi sampai sore ke sekolah-sekolah di Jakarta dalam rangka urusan kantor, gue diturunin Chris di depan Balai Sudirman, tempat yang pas buat mencegat taksi. Gue hadanglah taksi biru kesayangan Indonesia (hehe.. everybody knows) untuk segera meluncur ke rumah ketiga mbak AE yang mau gue temui nanti. PS.
Jalanan dekat semanggi macet gila, dan gue amat sangat berharap jangan sampai gue telat dateng, kan nggak etis banget rasanya. Akhirnya, dengan modal komat-kamit doa sedikit di bibir, sampailah gue di PS dengan membayar 36 ribu perak ke abang taksi berbadan gendut, berkulit hitam dan bergigi sedikit maju itu. Gue langsung sms Desbud, teman gue yang mau mewawancara mbak AE. Katanya, wawancara jam enam. Sip aman. Gue masih ada waktu satu jam nangkring di Kinokuniya.
Eskalator demi eskalator gue jabanin sampai lantai lima. Sms masuk ke HP gue, dan Desbud bilang ketemuan di PS batal, jadinya di Loro Jonggrang- Menteng, karena mbak AE-nya baru aja cabut dari PS. Selinting ide goblok menggamit pikiran gue, coba kalo gue ketemu dia di PS, dan gue bilang “halo mbak AE, kenalin saya Faye ( sambil memaksanya bersalaman sama gue). Mbak mau diwawancara majalah Hers kan? Ntar mau ikutan wawancara mbak, lho. Bisa saya nebeng ke Loro Jonggrang?”
Hehe,, Tenang saja, itu hanya sekedar imajinasi gue, nggak mungkin juga gue ngelakuin itu kali. Gue masih punya manner kali. Tapi, imajinasi itu membuat gue tertawa sendiri sambil menuruni eskalator.
Eniwei, Loro Jonggrang.. Tempatnya sih tau banget (sering lewatin soalnya, masuk sih nggak pernah), tapi, arah jalannya, gue buta bangeeet! (ini masalah keturunan dari nenek gue aja, yang penyakit buta jalannya turun ke nyokap gue dan gue)
Panik. Gimana nih kalo gue nyasar? Gimana kalo jalanan macet? Gimana kalo gue diajak muter-muter sama supir taksi? Gimana kalo gue dateng telat pas wawancara udah selesai? AKhirnya, gue nelpon cowok gue, Edwin, yang jelas-jelas lagi tidur di rumah (habis lembur di kantor dan nggak tidur berhari-hari). Karena panik, gue ngomong merepet ke dia, untuk nanya jalan. Dia nggak jawab langsung (iyalaah, nyawa masih belum kekumpul sepenuhnya), lalu menjelaskan arah jalan ke gue dengan sabar, walaupun gue nggak ngerti-ngerti.
Gue buru-buru keluar dari lobby, berjalan di samping barisan taksi biru dan masuk ke taksi paling depan. Astaga, gue kenal banget sama badannya, giginya si supir, dan ternyata itu supir yang nganterin gue ke PS tadi! Benar-benar berjodoh gue sama dia.
Gue bolak-balik telpon Edwin,menerornya lebih enak lewat Thamrin atau HI atau Four Season. Semakin dijelasin, semakin gue nggak ngerti, semakin marah-marah nada ngomong gue (maaf yaaa, gak bermaksud). Gue takut dibawa kabur sama supir taksinya karena ketauan gue nggak tau jalan (dan supirnya nggak tau kalo gue makannya banyak!), apalagi supir taksinya nggak tau di mana Loro Jonggrang.
Akhirnya, dengan segala perjuangan dan kepanikan gue, sampailah gue di kantor Dezbud di dekat Loro Jonggrang. Supir taksinya ternyata nggak bawa gue muter-muter, antara dia males nyulik gue karena gue berisik banget , atau memang dia jujur.Gue membayar jumlah uang yang sama ke supir taksi yang sama pula sebanyak 36 ribu perak lagi (beneran jodoh kayaknya).
Langsung gue meng-sms Edwin dengan serangan minta maaf karena mengganggu tidurnya yang langka itu. Gue tau dia pasti bête, dan untungnya dia sangat mengerti kalau gue jadi panik karena takut nggak bisa kesampaian ketemu sama mbak AE (Thanks dude!).Dezbud turun nyamperin gue yang udah kayak lalat yang nempel di meja resepsionis, dan berangkat bareng ke Loro Jonggrang, juga bersama editor Hers, mbak Rina.
Tiba di depan restoran Loro Jonggrang, perasaan semakin campur aduk. Gimana kalo mbak AE itu sombong ya? Gimana kalau gue kelihatan bego ya di depannya? Gimana kalau dia nggak mau berteman sama gue ya? Gimana kalo gini, kalo gitu..
Akkh,, hati kecil menampar gue, serasa berkata “adduuuhh kamu tinggal semenit mau ketemu idola kamu,masih mikir macem-macem. Kalau memang mau ketemu dan berteman sama mbak AE ya lakuin aja!!”
Benar. Gue hanya punya semenit untuk mengusir perasaan-perasaan negatif itu.
Sesaat gue sadar, untuk berpikiran jelek atau baik itu adalah pilihan. Dan tentu gue memilih yang kedua. Dengan perasaan senang dan optimis, gue bertiga masuk melewati daun pintu Loro Jonggrang, mencari sosok yang gue cari.
Monday, November 2, 2009
Besok ketemu sama idola gue!
Siang tadi jam tiga Dezbud nge-buzz gue di YM. Gue lagi ngantor. Dia bilang dia baca salah satu wishlist gue di blog yang isinya pengen ngobrol sama Alberthiene Endah, dan ngajakin gue ikut ketemuan sama AE di Wendys Pasfest, buat liputan wawancara Hers. Jam lima. Artinya gue cuma punya waktu satu jam untuk ngebut beresin kerjaan gue, ambil kamera di rumah (waduh, batrenya kan belum dicas!), ambil novel I Love My Boss (buat diteken sama mbak Alberthiene), nge-print cerpen2 gue yang mau gue hadiahkan buat idola gue itu, plus cari orang yang bisa nganterin gue. Satu jam lagi untuk perjalanan. (Macet, waspadalah.)
Panik. Linglung. Belum siap mental.
Hara-hiri selesain kerjaan.
Jam empat, Dezbud bilang nggak jadi. Mbak Alberthiene nya sakit. Jadinya besok di PS.
Lega. Huff... masih ada semalam menyiapkan mental ketemu salah satu penulis favorit gue.
Gute Nacht.
Panik. Linglung. Belum siap mental.
Hara-hiri selesain kerjaan.
Jam empat, Dezbud bilang nggak jadi. Mbak Alberthiene nya sakit. Jadinya besok di PS.
Lega. Huff... masih ada semalam menyiapkan mental ketemu salah satu penulis favorit gue.
Gute Nacht.
Sunday, November 1, 2009
Khan's Birthday
Happy Sweet 3 birthday my cute Nephew, Michael Khan Yolodi.
(ini adegan meniup lilin yang ditancep ke perkedel)
Yeeyy,, The tumpeng looks great! Nggak sabar makan tumpeng buatan mama. Hihihi telur puyuhnya udah gue comotin dari awal. Enak bangeeeettt :)
My sweet Nephew, Rafael Kalya Yolodi.
Your first birthday will be held in Nov 10, sweety.. :)
Nanti nyokap gue bikin tumpeng apa kue ya? *thinking*
Hobby Class-- PERFUME
Minggu, 1 Novermber 2009
13.00 pm
" A Woman who doesn't wear perfume has no future " - Coco Channel
Kelas Hobby-Parfum diadakan oleh tim Professional Muda BDI di Jalan padang. Lumayan banyak yang datang, sampai ruangan Istana Joju Gohonzon terasa sedikit sesak, dan moderator dua kali menyuruh untuk duduk majuan lagi, biar yang telat-telat dateng masih bisa masuk.
Dosennya asli di-import dari India, namanya Ms PRITI MODY. Kelas dimulai dengan dia menjelaskan bagaimana sejarah parfum pada awalnya. Dan gue baru tau kalau PERFUME itu berasal dari kata PER; melalui, dan FUME; asap. Jadi, parfum itu awalnya berasal dari Mesir ketika orang-orang membakar kayu dan asapnya mengeluarkan wangi.
Selanjutnya kelas praktek, di mana kita dibagikan tester enam tester parfum dan kita harus menebak masing-masing parfum itu buat male atau female beserta alasannya. Dari enam, gue berhasil menjawab tiga yang benar tapi alasannya nggak ada yang benar. (bisa dilihat di foto di atas)hehe.. Lumayan tuh, kalo jawaban kita yang paling Ms Pritty suka, bisa dikasih sample parfum sebotol kecil.
Terakhir, beberapa slot sesi tanya jawab dijabani dengan seru. Ternyata, banyak yang punya keraguan dan pertanyaan mengenai parfum (bukan cuma dianggap benda yang bisa menyemprot essens bunga-bungaan)
Jadi, selama kelas kurang lebih 2.5jam, kesimpulan yang gue ambil adalah:
1. Parfum jangan diseprot di baju! (karena bisa merusak bahan), tapi semprotlah di titik-titik nadi kita; belakang kuping, leher dan kedua nadi tangan. Jadi nggak perlu lagi deh nyemprot ke setiap centi tubuh kita, pakai adegan berputar segala. Itu cuma bikin parfum kita cepat habis
2.Jangan pernah menggosok kedua nadi tangan kita (biar parfumnya irit), karena itu membuat wangi parfum tidak tahan lama.
3. Parfum itu ada kandungan alkoholnya yang berfungsi untuk menyebarkan wangi dan menguapkan minyak parfumnya supaya tidak mengendap di kulit. (kalau mengendap, kulit kita bisa lengket dan wanginya tidak menyebar. Jadi kalo mau nyium wanginya harus nempelin hidung ke kulit. Kampung banget kan?)
4. Eau de PArfum --> kandungan inti fragrance-nya berkisar 25-40%, sisanya alkohol (maka itu jenis ini paling mahal)
Eau de Toilette --> kandungan inti fragrance-nya sekitar 15%
Cologne --> kandungan fragrancenya 0.2-2%. Seringkali ditambah air. (jadi inget minyak nyong-nyong yang suka dipakai apak-apak di kopaja. Behh.. )
5. Jangan pernah membeli parfum di tempat isi ulang (di pinggir-pinggir jalan, yang penjualnya biasanya brewokan lebat abis plus pakai sorban di kepala).Tapi kalau memang kepepet beli di tempat refill (misalnya: mau pacaran nanti malam tapi parno takut badan bau), bilang penjualnya pilih yang campuran bahannya alkohol, jangan ETANOL.
6. Usahakan juga tidak membeli parfum di plaza-plaza dengan harga 50 ribuan. Ciri-ciri pertama: segala jenis parfum ditumpuk di sebuah box transparan super gede. Ciri-ciri kedua: mbak-mbak penjualnya kalau ditanya: 'mbak, ini asli gak?', pasti jawabnya: 'oh, asli, cuma ini di-reject aja karena cacat dikit, kayak gini..' (sambil nunjukin kemasan parfum yang robek). Ciri-ciri ketiga:mbak-mbaknya saling melempar parfumnya kalau ada calon pembeli yang mau lihat. seperti ini:
Pembeli : Mbak, lihat parfum Victoria Beckham yang di ujung itu dong.
Mbak A : Mbak B, tolong dong ambilin parfum Victoria Beckham yang di deket kamu.
MBak B : Nih, tangkap ya! (melempar kayak masukin bola basket ke ring)
Mbak A : (parfum nemplok ke jidatnya). Hepp! Nih mbak, parfum yang mbak minta.
Nah, kalo lihat counter dengan ciri-ciri di atas, cepat jauhi deh ya!
7. Untuk menyaring essens bunga, dibutuhkan SATU TON bunga untuk mendapatkan 1 KG sari bunga! (bisa dibanangkan, kasihan bunga-bunga cantik dan wangi diperas habis. Bukan begitu?)
8. BEretiketlah dengan parfummu! Jangan sampai wangi dari tubuh kita menyengat dan membuat orang lain pusing, apalagi kalau meeting di kantor. Percayalah, itu sangat membuat orang menderita! (iyalah, harus mencoba tetap konsen ke agenda meeting, dan nggak bisa bergerak banyak-banyak, plus ditambah bau yang menusuk)
Sekian kesimpulannya sementar, nanti kalau gue misalnya lagi pup, terus keinget kesimpulan lain, pasti habis selesai pup gue langsung tambahin :)
Saturday, October 31, 2009
Dari Mangga Dua sampai Moscatto D'asti
Kemarin, Sabtu 31 Oktober 2009
Setelah bertahun-tahun akhirnya gue bersenang-senang (+ puyeng, sumpek, gerah, keinjek-injek kakinya dan pegel) ke Mangga dua. Yeeaay! Tempat itu bener-bener ada sihirnya ya. Begitu orang ngeliat lambang dua mangga dari pinggir jalan, itu bikin orang langsung mau lompat dari mobil dan langsung nyolong mangganya (itu laper bukan?)
10.30 am.
Eniwei, pagi-pagi gue anterin kk ipar n ponakan gue tercinta Lana, nyari goodybag buat Khan ulang tahun. Memang dasar cewek ya, mo beli goodybag tp yang pertama dibeli barang-barang pribadi dulu. (gelang lah, kolor lah.. :p). Habis itu baru beli goodybag, terus menlangkah menuju foodcourt, dan Lana pake acara muntah dulu di jalan. Muntahnya mengotori area toko orang (iyalah, masa yang punya toko kambing), untuk mbak-nya baik, sambil tersenyum dia bersihin muntahan pakai koran. Makasiih ya mbak.. :)
Siangnya, ketemuan di mangdu sama Edwin and his family gank. hihihi semua ngumpul hunting rame-rame kostum perang buat tozan. Sempat nungu satu jam juga buat beli frame kacamata si tante, jadi pas lah buat ngado-in uktahnya yang uda lama lewat.hehehe..
17.00 pm
and finally, gue disuruh beli barang sebagai kado (hm, sebenernya gak mau n gak enak, tapi tetep disuruh pilih, yaudah, nemu deh sepatu lucu :p) Makasih Tante, Alice, Flo :)
19.30 pm
Malamnya di rumahnya, menyantap habis ikan gurame, mie goreng plus capcay (komplit deh sebagai Cina sejati, habis jalan ke Mangdu, makan Chinese food pula). Setelah kenyang, ada dessert dari Flo. White wine Moscatto D'asti. Mantap.. Tapi, buka penutup gabusnya itu butuh perjuangan banget.. hiihi lihat aja fotonya.
Itu gara-gara alat pencongkelnya (yang kayak besi spiral) pas udah ditancap ke penutupnya, dan siap ditarik.. eh patah! Nah lhoo.. mana keras banget nyabutnya (padahal udah pake tang loh!), Jadi mesti sampe tiga orang yang buka sebotol wine!
20.30pm
Nyerah. Akhirnya, kita pergi ke Wine Cellar di mal gading buat minta tolong dibukain wine-nya Hehehe makasih ya, mas Deden. (nyolong-nyolong liat namanya di baju) :).
Buru-buru pulang, memuaskan hasrat minum wine. Hehe lucu juga, si tante minum wine gayanya kayak minum kopi pagi-pagi, si Alice tipsy (ngakunya sih cuma akting), si Flo mukanya merah kayak kepiting rebus, dan si Leo, asik gigitin penutup wine yang maish nancep besinya.
22.15 pm
Dan gue. Pulang malem-malem sambil teler, ngantuk banget. Hihihihi yang nganterin lebih teler lagi.
Minggu, 1 November 2009
10.45am
Pagi ni segini dulu nge-blognya. Sebentar lagi mau berangkat ke Jalan Padang, makan soto betawi sama Cyntia, Dewi dll, terus ikut kelas Parfum. Sorenya, mau ke rumah Khan, makan-makan dia ulang tahun :)
Semoga hari ini menyenangkan. :)
Setelah bertahun-tahun akhirnya gue bersenang-senang (+ puyeng, sumpek, gerah, keinjek-injek kakinya dan pegel) ke Mangga dua. Yeeaay! Tempat itu bener-bener ada sihirnya ya. Begitu orang ngeliat lambang dua mangga dari pinggir jalan, itu bikin orang langsung mau lompat dari mobil dan langsung nyolong mangganya (itu laper bukan?)
10.30 am.
Eniwei, pagi-pagi gue anterin kk ipar n ponakan gue tercinta Lana, nyari goodybag buat Khan ulang tahun. Memang dasar cewek ya, mo beli goodybag tp yang pertama dibeli barang-barang pribadi dulu. (gelang lah, kolor lah.. :p). Habis itu baru beli goodybag, terus menlangkah menuju foodcourt, dan Lana pake acara muntah dulu di jalan. Muntahnya mengotori area toko orang (iyalah, masa yang punya toko kambing), untuk mbak-nya baik, sambil tersenyum dia bersihin muntahan pakai koran. Makasiih ya mbak.. :)
Siangnya, ketemuan di mangdu sama Edwin and his family gank. hihihi semua ngumpul hunting rame-rame kostum perang buat tozan. Sempat nungu satu jam juga buat beli frame kacamata si tante, jadi pas lah buat ngado-in uktahnya yang uda lama lewat.hehehe..
17.00 pm
and finally, gue disuruh beli barang sebagai kado (hm, sebenernya gak mau n gak enak, tapi tetep disuruh pilih, yaudah, nemu deh sepatu lucu :p) Makasih Tante, Alice, Flo :)
19.30 pm
Malamnya di rumahnya, menyantap habis ikan gurame, mie goreng plus capcay (komplit deh sebagai Cina sejati, habis jalan ke Mangdu, makan Chinese food pula). Setelah kenyang, ada dessert dari Flo. White wine Moscatto D'asti. Mantap.. Tapi, buka penutup gabusnya itu butuh perjuangan banget.. hiihi lihat aja fotonya.
Itu gara-gara alat pencongkelnya (yang kayak besi spiral) pas udah ditancap ke penutupnya, dan siap ditarik.. eh patah! Nah lhoo.. mana keras banget nyabutnya (padahal udah pake tang loh!), Jadi mesti sampe tiga orang yang buka sebotol wine!
20.30pm
Nyerah. Akhirnya, kita pergi ke Wine Cellar di mal gading buat minta tolong dibukain wine-nya Hehehe makasih ya, mas Deden. (nyolong-nyolong liat namanya di baju) :).
Buru-buru pulang, memuaskan hasrat minum wine. Hehe lucu juga, si tante minum wine gayanya kayak minum kopi pagi-pagi, si Alice tipsy (ngakunya sih cuma akting), si Flo mukanya merah kayak kepiting rebus, dan si Leo, asik gigitin penutup wine yang maish nancep besinya.
22.15 pm
Dan gue. Pulang malem-malem sambil teler, ngantuk banget. Hihihihi yang nganterin lebih teler lagi.
Minggu, 1 November 2009
10.45am
Pagi ni segini dulu nge-blognya. Sebentar lagi mau berangkat ke Jalan Padang, makan soto betawi sama Cyntia, Dewi dll, terus ikut kelas Parfum. Sorenya, mau ke rumah Khan, makan-makan dia ulang tahun :)
Semoga hari ini menyenangkan. :)
Tuesday, October 27, 2009
Harapan di sisa hidup gue yang masih lamaaa tentunyaaa..
25 Hal yang mau gue lakuin dalam hidup gue di sisa waktu hidup gue yang kira-kira masih (atau tinggal) 70 tahunan lagi (mungkin kalo ukur umur di deathclock.com, tinggal lima taon lagi kali ya)
Here they are:
1. Bisa nyanyi mencapai 8 oktaf (nggak kayak sekarang kalo nyanyi nadanya do rendah semua)
2. Punya anjing berbulu, kecil dan lincah (nggak mungkin selama gue masih miara dua anjing gede di rumah)
3. Disuntik anti flu dan demam seumur hidup
4. Ada alarm otomatis yang bisa nabok kalo gue lagi gigitin kuku
5. Menambah tinggi badan kira-kira 10 centi
6. Berenang gaya kupu-kupu
7. Ngobrol sama Clara Ng, Dee, Alberthiene Endah, Raditya Dika, Sophie Kinsella dan nulis buku bareng mereka
8. Punya bisnis sendiri (coffee shop, little shop etc)
9. Ngecilin hidung kira-kira seperempat dari aslinya (hehe kesannya gede banget ya)
10. Bisa lari cepet
11. Ambil S2 jurusan Jurnalis
12. Keliling Indonesia jadi backpacker selama sebulan
13. Ke Jerman, nginep di rumah kakak gue, main sama Chiara lucu
14. Tozan ke Jepang, plus extend plus Disneyland (akan terwujud tahun ini yeeeyy!)
15. Lancar nyetir (trauma gara-gara nyerempet angkot)
16. Ngusir bulu betis selama-lamanya
17. Kerja di majalah (as writer pastinya)
18. Kumpul sama teman-teman main sebulan sekali (nggak pake acara batal-batalan)
19. Ikut Yoga (selama ini adanya pagi-pagi, ga kuat deh)
20. Bikin cerpen sebanyak-banyaknya dan dibukuin
21. Bikin novel yang bukan sembarang novel
22. Gedein lipetan mata tanpa harus pakai selotip mata
23. Bikin rambut nggak suka ngacir-ngacir
24. Nggak mabok kalau baca atau ngetik di mobil
25. Be a traveller witer (udah jadi traveller, jadi writer pula). Behh,, mantaaapp..
Hihihiiii wishlist-nya segini dulu, nanti kalau ada yang lain ditambahin deh..
Here they are:
1. Bisa nyanyi mencapai 8 oktaf (nggak kayak sekarang kalo nyanyi nadanya do rendah semua)
2. Punya anjing berbulu, kecil dan lincah (nggak mungkin selama gue masih miara dua anjing gede di rumah)
3. Disuntik anti flu dan demam seumur hidup
4. Ada alarm otomatis yang bisa nabok kalo gue lagi gigitin kuku
5. Menambah tinggi badan kira-kira 10 centi
6. Berenang gaya kupu-kupu
7. Ngobrol sama Clara Ng, Dee, Alberthiene Endah, Raditya Dika, Sophie Kinsella dan nulis buku bareng mereka
8. Punya bisnis sendiri (coffee shop, little shop etc)
9. Ngecilin hidung kira-kira seperempat dari aslinya (hehe kesannya gede banget ya)
10. Bisa lari cepet
11. Ambil S2 jurusan Jurnalis
12. Keliling Indonesia jadi backpacker selama sebulan
13. Ke Jerman, nginep di rumah kakak gue, main sama Chiara lucu
14. Tozan ke Jepang, plus extend plus Disneyland (akan terwujud tahun ini yeeeyy!)
15. Lancar nyetir (trauma gara-gara nyerempet angkot)
16. Ngusir bulu betis selama-lamanya
17. Kerja di majalah (as writer pastinya)
18. Kumpul sama teman-teman main sebulan sekali (nggak pake acara batal-batalan)
19. Ikut Yoga (selama ini adanya pagi-pagi, ga kuat deh)
20. Bikin cerpen sebanyak-banyaknya dan dibukuin
21. Bikin novel yang bukan sembarang novel
22. Gedein lipetan mata tanpa harus pakai selotip mata
23. Bikin rambut nggak suka ngacir-ngacir
24. Nggak mabok kalau baca atau ngetik di mobil
25. Be a traveller witer (udah jadi traveller, jadi writer pula). Behh,, mantaaapp..
Hihihiiii wishlist-nya segini dulu, nanti kalau ada yang lain ditambahin deh..
Tukar Yen,, Graakk!!
Huhohohoho pagi-pagi jam delapan gue bangun, biasanya jam segini gue sama bokap dulu-duluan masuk ke kamar mandi, dan biasanya selalu dia yang duluan. Setelah gue tau kamar mandi ada bokap gue (bukannya gue buka, trus ngaliat bokap gue lagi nyabunin badannya, trus gue bilang "Oh papa lagi mandi..", tapi karena pintunya dikunci), ya gue tidur lagi sebentar.
Pagi tadi tumben-tumbenan gue duluan yang mandi duluan, trus ternyata bokap gue masih tidur. Pas dia bangun, gue memberanikan diri bertanya tentang kado ultah (baca:duit buat dituker yen)yang mau diaksih ke gue. Apalagi bokap gue lagi bete sejak dua hari ke belakang, makanya mukanya mesem-mesem gitu (plus gigi palsu belum dipasang).
Gue udah nyiapin kata-kata rengekan kalau jumlah uangnya ternyata jauh dari yang gue harapkan, misalnya cuma dikasih 200 ribu atau 500 ribu. Gue udah latian dalam hati buat merengek:
Yah, pa, barang-barang di Jepang kan mahal banget, ntar kalo nggak ada duit nggak bisa ngapa-ngapain dong di sana?
, Yah pa, kan buat kado, dilebihin napa?
, Yah pa.. Buat pendaftaran aja uda pakai duitku sendiri hampir 30 juta.. masa uang jajan bayar sendiri juga?
atau gue nanti harus berlagak pingsan gara-gara keselek ngeliat duitnya yang sedikit.
hehe.. lebay mode on.
Akhirnya, gue nekat nanya.
Gue : Pa, yang papa bilang mau kasih uang buat tuker yen, mo kasih berapa ya pa?
Papa : O iya (buka laci, dan gue menunggu dengan sabar di sampingnya).
Uang dikasih ke tangan gue, dan semua latihan rengekan gue menyerap amsuk ke tembok)
Gue : Heh, dua juta nih pa? Hihihihihi asiiiikkk. Cium dulu ah.. Muachh..
Yeeeayy, lumayan,, buat nanti ke Jepang udah ada modal sedikit (walaupun masih kurang, hehe.. manusia emang nggak pernah puas). Gue ambil uangnya sambil mikir, kayaknya kakak gue belom kasih kado deh, request ahh.. :p
Pagi tadi tumben-tumbenan gue duluan yang mandi duluan, trus ternyata bokap gue masih tidur. Pas dia bangun, gue memberanikan diri bertanya tentang kado ultah (baca:duit buat dituker yen)yang mau diaksih ke gue. Apalagi bokap gue lagi bete sejak dua hari ke belakang, makanya mukanya mesem-mesem gitu (plus gigi palsu belum dipasang).
Gue udah nyiapin kata-kata rengekan kalau jumlah uangnya ternyata jauh dari yang gue harapkan, misalnya cuma dikasih 200 ribu atau 500 ribu. Gue udah latian dalam hati buat merengek:
Yah, pa, barang-barang di Jepang kan mahal banget, ntar kalo nggak ada duit nggak bisa ngapa-ngapain dong di sana?
, Yah pa, kan buat kado, dilebihin napa?
, Yah pa.. Buat pendaftaran aja uda pakai duitku sendiri hampir 30 juta.. masa uang jajan bayar sendiri juga?
atau gue nanti harus berlagak pingsan gara-gara keselek ngeliat duitnya yang sedikit.
hehe.. lebay mode on.
Akhirnya, gue nekat nanya.
Gue : Pa, yang papa bilang mau kasih uang buat tuker yen, mo kasih berapa ya pa?
Papa : O iya (buka laci, dan gue menunggu dengan sabar di sampingnya).
Uang dikasih ke tangan gue, dan semua latihan rengekan gue menyerap amsuk ke tembok)
Gue : Heh, dua juta nih pa? Hihihihihi asiiiikkk. Cium dulu ah.. Muachh..
Yeeeayy, lumayan,, buat nanti ke Jepang udah ada modal sedikit (walaupun masih kurang, hehe.. manusia emang nggak pernah puas). Gue ambil uangnya sambil mikir, kayaknya kakak gue belom kasih kado deh, request ahh.. :p
Monday, October 26, 2009
Happy Giving Present Day!
Minggu, 25 Oktober 2009
Sehari setelah nge-running project di Urbie sebagai project leader (cerita dan foto menyusul), gue benar-benar menikmati hari Minggu, dan menganggap hari itu adalah hari Sabtu (jangan dipikirin lama-lama, kalau nggak keburu nyadar kalau besoknya itu sebenarnya udah hari Senin.
..and here we are..
In the afternoon we went to our temple in Jalan Padang and I looked after cute kids and they are called "Bintang", while Edwin tutoring Jakarta's temple members to prepare theater for event "Wahana Negara Raharja" at Surabaya next month.
Look! What is it? Banana??
CILUKKK..
..BAA!!
Oww, it's chubby-Devin-yellow-banana :)
That day I was very tired and sleepless. I thought I was going to get fever. So after taking a rest for a while, we spent time at Mal Kelapa gading, buying novel "Thanks for the Memories- Cecelia Arhen" as Alice's bday present, carrying a dress for Flo's bday present, looking for glasses frame for his mom's bday present, buying a shirt for his dad (hehe.. just casual gift, not bday present),had my new haircut, and then.. dinner! Yeeeaaayy!
Having dinner at Premium Bean with my new hair :p
A portion of Kangkung hotplate, Dorry Fillet Telur Asin, three bowls of rice, and a pot of Chinese tea comfort us (and of course our stomach)in the shinny evening :) (after debating about ordering buncis or kangkung, Dorry mayonaise or Telor Asin, and he won! Arr..)
Walking by, he bought me a nice winter coat from Samuel & Kevin as my birthday present. Thanks, Mr. Kentut.. :)
I'm gonna wear this coat on temple ceremony at Japan in December :))
He also bought himself a cool Army coat.
We ended this tiring-but-exciting-day by watching Inglorious Basterds. Cool! We called it "the movie of the year".
Okay then, I'd just got home precisely before writing this blog, and now am going to take a shower first and go downstairs to eat my mom's food.
(badan lengket, kaki berdebu, paha gatel, mata ngantuk,muka berminyak, dan perut bergemuruh kayak geluduk)
Soo.. Have a nice dinner! Ciaaaaoo..! :)
Sehari setelah nge-running project di Urbie sebagai project leader (cerita dan foto menyusul), gue benar-benar menikmati hari Minggu, dan menganggap hari itu adalah hari Sabtu (jangan dipikirin lama-lama, kalau nggak keburu nyadar kalau besoknya itu sebenarnya udah hari Senin.
..and here we are..
In the afternoon we went to our temple in Jalan Padang and I looked after cute kids and they are called "Bintang", while Edwin tutoring Jakarta's temple members to prepare theater for event "Wahana Negara Raharja" at Surabaya next month.
Look! What is it? Banana??
CILUKKK..
..BAA!!
Oww, it's chubby-Devin-yellow-banana :)
That day I was very tired and sleepless. I thought I was going to get fever. So after taking a rest for a while, we spent time at Mal Kelapa gading, buying novel "Thanks for the Memories- Cecelia Arhen" as Alice's bday present, carrying a dress for Flo's bday present, looking for glasses frame for his mom's bday present, buying a shirt for his dad (hehe.. just casual gift, not bday present),had my new haircut, and then.. dinner! Yeeeaaayy!
Having dinner at Premium Bean with my new hair :p
A portion of Kangkung hotplate, Dorry Fillet Telur Asin, three bowls of rice, and a pot of Chinese tea comfort us (and of course our stomach)in the shinny evening :) (after debating about ordering buncis or kangkung, Dorry mayonaise or Telor Asin, and he won! Arr..)
Walking by, he bought me a nice winter coat from Samuel & Kevin as my birthday present. Thanks, Mr. Kentut.. :)
I'm gonna wear this coat on temple ceremony at Japan in December :))
He also bought himself a cool Army coat.
We ended this tiring-but-exciting-day by watching Inglorious Basterds. Cool! We called it "the movie of the year".
Okay then, I'd just got home precisely before writing this blog, and now am going to take a shower first and go downstairs to eat my mom's food.
(badan lengket, kaki berdebu, paha gatel, mata ngantuk,muka berminyak, dan perut bergemuruh kayak geluduk)
Soo.. Have a nice dinner! Ciaaaaoo..! :)
Thursday, October 22, 2009
Jalanan punya bapaknya kali ya
Beberapa hari lalu, pas gue pulang kantor, gue melihat sesuatu yang agak bikin gue gerah. Oya sebelumnya, tulisan ini nggak bermaksud menyindir pihak manapun, gue hanya mengungkapkan kegerahan gue lewat blog ini ya. Tapi kalau memang ada pihak yang tersindir, yah,, apa boleh buat. :p
Di jalanan ramai di Tebet Utara, (tau dong daerah itu?) di mana hanya satu jalur dnegan lebar jalan yang nggak terlalu sempit tapi juga nggak terlalu lebar. Kiri-kanan dipenuhi restoran, toko-toko baju, cafe shisha, nasi goreng gerobak,, wah penuh deh. Apalagi kendaraan yang lewat di jalan itu udah kayak pawai aja macamnya. Dari bajay, motor, angkot, kopaja, mobil, sepeda onthel, perahu layar (nah, yang dua terakhit ini gue ngarang, hehe.. )
Ehem, lanjut ya. Pas gue ke jalanan itu, ada sebuah mobil tanpa mematikan mesin, berhenti di tengah jalan dan teman gue mengobrol sama orang yang menyupir. Mobil itu sedang warna hijau lumut, dan bertuliskan warna kuning stabillo. Mobil-mobil yang lain yang mau lewat nggak ber-klakson-ria, seperti umumnya di Kota Jakarta. Mereka hanya membelokan setir ke kanan sedikit, lalu lewat deh. Aneh? Nggak aneh sebenarnya, wong itu mobil polisi. Siapa berani mengklaskson mobil polisi di tengah jalan? Siapa yang menyimpan surat tilang selain polisi? Mereka nggak memencet klakson karena takut ditilang, atau takut dimarahi?
Temanku masih asik bertengger di kaca mobilnya dan mengobrol lama. KOk bisa ya si pak Plisi yang berjumlah tiga orang itu nggak ada yang punya inisiatif untuk segera memarkir mobilnya di tepi?Nggak ada yang mikir apa ya kalau mereka mengganggu kendaraan lain yang mau lewat? Jalanan itu punya bapak mereka kali ya?? Tapi walaupun emang bener punya bapak atau engkong atau nenek moyangnya, nggak ada hubungan dengan ini kan ya?? (coba, kalo ada yang bilang gue salah, ngacung! :p)
Memang sih ketiga polisi terbebut tidak berperut buncit, apa itu artinya mereka belum berpengalaman? (hehe,, ini sekedar pemikiran gue aja, berdasarkan pengalaman opini dari orang-orang.)
Sekali lagi, tulisan ini nggak bermaksud menyindir siapapun, tapi yaaaa,,kalau merasa, baguslah. Hihihihi
Di jalanan ramai di Tebet Utara, (tau dong daerah itu?) di mana hanya satu jalur dnegan lebar jalan yang nggak terlalu sempit tapi juga nggak terlalu lebar. Kiri-kanan dipenuhi restoran, toko-toko baju, cafe shisha, nasi goreng gerobak,, wah penuh deh. Apalagi kendaraan yang lewat di jalan itu udah kayak pawai aja macamnya. Dari bajay, motor, angkot, kopaja, mobil, sepeda onthel, perahu layar (nah, yang dua terakhit ini gue ngarang, hehe.. )
Ehem, lanjut ya. Pas gue ke jalanan itu, ada sebuah mobil tanpa mematikan mesin, berhenti di tengah jalan dan teman gue mengobrol sama orang yang menyupir. Mobil itu sedang warna hijau lumut, dan bertuliskan warna kuning stabillo. Mobil-mobil yang lain yang mau lewat nggak ber-klakson-ria, seperti umumnya di Kota Jakarta. Mereka hanya membelokan setir ke kanan sedikit, lalu lewat deh. Aneh? Nggak aneh sebenarnya, wong itu mobil polisi. Siapa berani mengklaskson mobil polisi di tengah jalan? Siapa yang menyimpan surat tilang selain polisi? Mereka nggak memencet klakson karena takut ditilang, atau takut dimarahi?
Temanku masih asik bertengger di kaca mobilnya dan mengobrol lama. KOk bisa ya si pak Plisi yang berjumlah tiga orang itu nggak ada yang punya inisiatif untuk segera memarkir mobilnya di tepi?Nggak ada yang mikir apa ya kalau mereka mengganggu kendaraan lain yang mau lewat? Jalanan itu punya bapak mereka kali ya?? Tapi walaupun emang bener punya bapak atau engkong atau nenek moyangnya, nggak ada hubungan dengan ini kan ya?? (coba, kalo ada yang bilang gue salah, ngacung! :p)
Memang sih ketiga polisi terbebut tidak berperut buncit, apa itu artinya mereka belum berpengalaman? (hehe,, ini sekedar pemikiran gue aja, berdasarkan pengalaman opini dari orang-orang.)
Sekali lagi, tulisan ini nggak bermaksud menyindir siapapun, tapi yaaaa,,kalau merasa, baguslah. Hihihihi
Tuesday, October 20, 2009
Listrik sudah bosan hidup di kantor
Kemarin dan hari ini puncak dari segala kekesalan mengenai listrik di ruangan kantor saya.
Kemarin pagi, saya sudah berjuang keras untuk beranjak dari kasur (setelah diserang insomnia hebat!) dan ke kantor tepat waktu. Pukul sepuluh tepat, saya sudah menyapa komputer saya. Sepuluh menit kemudian, listrik turun membunuh nyawa komputer saya.
Rekan-rekan kerja saya yang gila dan heboh datang satu persatu, dan mereka merasakan apa yang saya rasakan. Setiap beberapa menit, komputer tutup usia tiba-tiba. Dan ketika itu pula, setiap orang di ruangan ini bereaksi tiba-tiba.
Seperti Philip, desainer yang duduk di sebelah saya, selalu melotot dan teriak, "Nge***, belom gue save!"
Heidy, fashion stylist nggak mau kalah, "Ketek beraeeerr..!!"
Carl, di seberang saya teriak seperti orang kesurupan, "AAAAAAA!!!"
Sissy, di belakang saya juga nggak kalah hebohnya.
Saya juga kesal, tapi saya sedikit menikmati ritme ini. Ketika listrik membunuh komputer saya, adrenalin saya dan teman-teman meningkat, dengan mengeluarkan reaksi berbeda-beda.
Sudah dihitung, kemarin seharian sudah mati listrik sebanyak 26 kali.
Yang membuat saya semakin kesal, hampir 26 kali juga saya harus mengulang pekerjaan.
Saking takutnya mati listrik lagi, kami bekerja gelap-gelapan. Apa daya, keyboard komputer saya yang berwarna hitam juga semakin tak nampa, jadinya ngetik mengandalkan feeling sepenuhnya.
..dan hari ini, hal serupa terjadi lagi. Tapi daripada kesal-kesal karena semakin membuang energi, yaaa sudahh lah yaaaa.. emang kantornya begini. Dengar-dengar sih, ada omongan karena ruangan saya terlalu bagus (iyalah, ada beberapa barang antik, wallpaper, lantai kayu, kamar mandi dalam) makanya sering mati listrik (coba dipikir, apa hubungannya ya?)
Barusan tadi ketika saya membaca blog ala Bang Marcell Siahaan (the-tao-of-marcell), komputer saya terbunuh lagi. Tapi saya sudah sempat membaca harapan ia yang seringkali ia tuklis di akhir blog. Demikian saya kutip "semoga semua makhluk bahagia", membuat saya tidak perlu terlalu hanyut dalam kesal hanya karena listrik (dan hal-hal lain tentunya..). * makasiih Bang Marcell!
Karena kalau kita bahagia, secara tidak langsung 'kita' akan mengundang hal-hal yang membahagiakan. (I do trust it, but I do it hardly)
Kemarin pagi, saya sudah berjuang keras untuk beranjak dari kasur (setelah diserang insomnia hebat!) dan ke kantor tepat waktu. Pukul sepuluh tepat, saya sudah menyapa komputer saya. Sepuluh menit kemudian, listrik turun membunuh nyawa komputer saya.
Rekan-rekan kerja saya yang gila dan heboh datang satu persatu, dan mereka merasakan apa yang saya rasakan. Setiap beberapa menit, komputer tutup usia tiba-tiba. Dan ketika itu pula, setiap orang di ruangan ini bereaksi tiba-tiba.
Seperti Philip, desainer yang duduk di sebelah saya, selalu melotot dan teriak, "Nge***, belom gue save!"
Heidy, fashion stylist nggak mau kalah, "Ketek beraeeerr..!!"
Carl, di seberang saya teriak seperti orang kesurupan, "AAAAAAA!!!"
Sissy, di belakang saya juga nggak kalah hebohnya.
Saya juga kesal, tapi saya sedikit menikmati ritme ini. Ketika listrik membunuh komputer saya, adrenalin saya dan teman-teman meningkat, dengan mengeluarkan reaksi berbeda-beda.
Sudah dihitung, kemarin seharian sudah mati listrik sebanyak 26 kali.
Yang membuat saya semakin kesal, hampir 26 kali juga saya harus mengulang pekerjaan.
Saking takutnya mati listrik lagi, kami bekerja gelap-gelapan. Apa daya, keyboard komputer saya yang berwarna hitam juga semakin tak nampa, jadinya ngetik mengandalkan feeling sepenuhnya.
..dan hari ini, hal serupa terjadi lagi. Tapi daripada kesal-kesal karena semakin membuang energi, yaaa sudahh lah yaaaa.. emang kantornya begini. Dengar-dengar sih, ada omongan karena ruangan saya terlalu bagus (iyalah, ada beberapa barang antik, wallpaper, lantai kayu, kamar mandi dalam) makanya sering mati listrik (coba dipikir, apa hubungannya ya?)
Barusan tadi ketika saya membaca blog ala Bang Marcell Siahaan (the-tao-of-marcell), komputer saya terbunuh lagi. Tapi saya sudah sempat membaca harapan ia yang seringkali ia tuklis di akhir blog. Demikian saya kutip "semoga semua makhluk bahagia", membuat saya tidak perlu terlalu hanyut dalam kesal hanya karena listrik (dan hal-hal lain tentunya..). * makasiih Bang Marcell!
Karena kalau kita bahagia, secara tidak langsung 'kita' akan mengundang hal-hal yang membahagiakan. (I do trust it, but I do it hardly)
Monday, October 19, 2009
Art I Art Generation, the Now Generation
On Sunday, October 18 2009 there was Art I Art Openhouse. This is a different concept of musical school where it allows kids to think of their ideas and put them out into a show.
Art I Art runs periode term once per three months. Good tutors will teach them in singing, acting and dancing. At the end of the session, they have to perform as well.
It was nice and really worthy for kids. I think kids in Indonesia must be taught this way, because it's important to express their selves as well.
Nice Show, kids! :)
Studio Art I Art
Jalan Padang 30
Mangarai, Jakarta Selatan 12970
Moved on a date with a "Yaiikkss" movie
Saturday, October 17, 2009
Yeeyy, after working for a half day I had a date to Senayan City. Last time, Heidy gave me two free voucher of Sour Sally youghurt, sooo.. we got on it, yeeeyy! (thanks, Heidy!)
After had dinner and two cups of sour sally with heavy raining outside, we planned to watch Inglorious Basterds. Unluckily the tickets has sold out and we moved with movie The Secret of Moonacre.
Yaiiksss,, what a sucks movie that was! It was his decision not to watch the Ugly Truth because he has watched it, and he said the film we would watched must be nice. After watching he's just giggling at me and pretending it was really good. Heuheuheu,,
Remember that was weekend, I could get rid of my disappointment about that movie and still get along with cheerfulness.. (just didn't want to waste our time with negative feeling) :)
Yeeyy, after working for a half day I had a date to Senayan City. Last time, Heidy gave me two free voucher of Sour Sally youghurt, sooo.. we got on it, yeeeyy! (thanks, Heidy!)
After had dinner and two cups of sour sally with heavy raining outside, we planned to watch Inglorious Basterds. Unluckily the tickets has sold out and we moved with movie The Secret of Moonacre.
Yaiiksss,, what a sucks movie that was! It was his decision not to watch the Ugly Truth because he has watched it, and he said the film we would watched must be nice. After watching he's just giggling at me and pretending it was really good. Heuheuheu,,
Remember that was weekend, I could get rid of my disappointment about that movie and still get along with cheerfulness.. (just didn't want to waste our time with negative feeling) :)
Sunday, October 18, 2009
Counting Days..
There will be an event with theme "Experimental Generation Goes to Urbie" at Urbie Store. As a project leader I'm so nervous, oh my Lord I'm attacked by insomnia almost every night. So you can see my 'panda' eyes everyday.
Anyway, at the time, Adhitia Sofyan will do acoustic perform. His songs are really nice to hear. :)
Can't wait for it.
See you all guys. :)
Anyway, at the time, Adhitia Sofyan will do acoustic perform. His songs are really nice to hear. :)
Can't wait for it.
See you all guys. :)
Thursday, October 15, 2009
Friday Batik
Hari Jumat. Saya lupa pakai batik.
Bukan berarti saya nggak cinta batik ya.
Pagi ini di kantor, para desainer pakai batik, dan mereka bilang saya curang karena nggak pakai batik. (saya langung mikir, kok curang ya? memangnya pakai batik itu suatu kewajiban ya?). Kalo misalnya ditugasin sama bos untuk ngerjain suatu kerjaan dan gue nggak ngerjain dan nggak ketauan, itu baru namanya curang kan? :p
Eniwei, pagi ini saya baca berita mengenai Malaysia yang UNESCO yang mendaftarkan batik Indonesia dalam daftar warisan budaya bukan benda (intangible cultural heritage).
Katanya, Batik itu dari Malaysia. Duuh.. Mereka nggak punya kebanggaan sendiri ya sampai harus mengakui budaya milik sobat sendiri?
Atau Indonesia aja yang terlalu rapuh, sampai berkali-kali dicelakakan sobat sendiri?
Eniwei lagi, apapun yang terjadi, yang penting kita harus setia sama Batik. :)
Nyook .. batikan .. nyoookkk!! :p
HAPPY BATIK, GUYSSSS!!!!
Bukan berarti saya nggak cinta batik ya.
Pagi ini di kantor, para desainer pakai batik, dan mereka bilang saya curang karena nggak pakai batik. (saya langung mikir, kok curang ya? memangnya pakai batik itu suatu kewajiban ya?). Kalo misalnya ditugasin sama bos untuk ngerjain suatu kerjaan dan gue nggak ngerjain dan nggak ketauan, itu baru namanya curang kan? :p
Eniwei, pagi ini saya baca berita mengenai Malaysia yang UNESCO yang mendaftarkan batik Indonesia dalam daftar warisan budaya bukan benda (intangible cultural heritage).
Katanya, Batik itu dari Malaysia. Duuh.. Mereka nggak punya kebanggaan sendiri ya sampai harus mengakui budaya milik sobat sendiri?
Atau Indonesia aja yang terlalu rapuh, sampai berkali-kali dicelakakan sobat sendiri?
Eniwei lagi, apapun yang terjadi, yang penting kita harus setia sama Batik. :)
Nyook .. batikan .. nyoookkk!! :p
HAPPY BATIK, GUYSSSS!!!!
Pahit.
Lelahku terabaikan, ketika melihat wajah sayunya
Dengan sok tegar ia bercerita, menumpahkan isi hati
Untung aku di sana, kupikir.
Tanpa melihat mataku ia terus bercerita
Menatap lurus ke depan
Sesekali suaranya bergetar menahan tangis
Akhirnya setitik air mata tak sabar terjun payung
Ia meraih ujung kerahnya untuk menghapus air mata
Dan sederetan kata kembali terucap,
Rasa sesalnya menjadi sesalku
Pahitnya hidup menjadi asam di diri
Begitulah hidup
Ketika bersarang di dunia
Bertemu orang-orang lain
Di mana ada titik yang sama, di sana terjadi hubungan
Menyesatkan atau tidak
Menderita atau tidak
Tidak akan pernah tahu..
Sampai akhirnya,,
Rasa sesal bertemu rasa
Baru akan tahu,,
Semuanya sudah terlambat.
Dengan sok tegar ia bercerita, menumpahkan isi hati
Untung aku di sana, kupikir.
Tanpa melihat mataku ia terus bercerita
Menatap lurus ke depan
Sesekali suaranya bergetar menahan tangis
Akhirnya setitik air mata tak sabar terjun payung
Ia meraih ujung kerahnya untuk menghapus air mata
Dan sederetan kata kembali terucap,
Rasa sesalnya menjadi sesalku
Pahitnya hidup menjadi asam di diri
Begitulah hidup
Ketika bersarang di dunia
Bertemu orang-orang lain
Di mana ada titik yang sama, di sana terjadi hubungan
Menyesatkan atau tidak
Menderita atau tidak
Tidak akan pernah tahu..
Sampai akhirnya,,
Rasa sesal bertemu rasa
Baru akan tahu,,
Semuanya sudah terlambat.
Wednesday, October 7, 2009
Project.. Project
Tuesday, October 6, 2009
Morning Madness
Rabu, 7 Oktober 2009
Jam tujuh pagi kurang sepuluh menit, alarm handphone berbunyi. Tandanya saya harus segera bangun, mandi, sembayang (dipaksakan) dan segera ke kampus ketemu dosen di kampus A untuk minta tanda tangan di skripsi, lalu ke kampus C untuk menyerahkan dokumen-dokumen buat ijazah.
Pagi-pagi begini, mobil dan supir dipakai nganterin ponakan-ponakan ke sekolah, artinya gue harus nge-bis, lalu ngangkot. Dari depan gang rumah saya, naik bisa sebentar lalu mencegat angkot alias mikrolet 44 di Lapangan Ros. Bujuileee.. Jakarta udah mulai penuh nih, kenapa sih habis lebaran orang-orang nggak extend lamaan aja di kampung halaman sana? Itu terlihat dari hampir semua mikrolet dipenuhi orang berdiri di pintu. Saya sempat kepikiran, kalo saya ikutan nangkring begitu dengan dua tas ini, apa saya titipin tas aja ya ke penumpang lain? Kalo dicuri gimana barang-barang saya? (duuuh buat apa sih ginian aja dipikirin panjang-panjang, toh saya nggak akan nangkring juga. Yeeeyy, ternyata ada bis AC yang lewat, jadi dengan membayar 3000 perak saya bisa duduk dengan nyaman.
Sampai di kampus A di daerah Karet, saya naik ke lantai tujuh karena udah telat 15 menit dari jam yang ditentukan, seharusnya jam setengah 9 pagi. Masuklah saya ke ruangan dosen, dan saya akan jabarkan kelinglungan yang saya alami pagi ini:
1. Bapak dosen yang saya mau temui lagi mengubek-ubek tasnya di lantai, dengan posisi membelakangi gue. Selain si bapak, ada tiga ibu dosen yang salah satunya saya kenal dan kemarin baru gue sms-in. Nah karena posisi si bapak seperti itu, saya bingung apakah harus menunggu dia melihat gue di depan pintu, atau nyamperin aja. Begini aja gue kayaknya susah banget mikirnya. Lalu gue akhirnya samperin dia (soalnya nggak selesai ngubek-ubek tasnya, nggak tau nyari apa), pas dia bangun dan nengok, kagetlah dia tiba-tiba ada saya di belakangnya, dan langsung histeris,"Heyy kamu Faye, udah dateng..?"
Nah saat itu saya nggak ngeh kalau dia kaget, sampai seorang ibu dosen yang nggak gue kenal nyeletuk, "wong permisi dulu dong, jangan ngagetin kayak begitu. Kayak hantu aja." Lalu si ibu memperagakan dengan suara seperti hantu mengagetkan manusia, "Waaa..". Aduh malu saya, apalagi ibu dosen yang saya kenal juga ketawa-ketawa.
setelah dapat tanda tangan si bapak, gue pamit untuk pergi ke kampus C. Nah saya awalnya mau menyapa di ibu dosen yang saya kenal itu, tapi entah kenapa saya sungkan, mungkin karena kejadian hantu barusan itu, membuat gengsi saya melejit utnuk menyapa. Sampai di luar gedung, baru saya menyesal kenapa saya nggak sapa aja. Hampir saya melangkah balik ke dalam gedung, tapi kaki saya malah terus melangkah ke arah angkot yang sedang mengetem, mengantarkan saya ke kampus C.
2. Sampai di kampus C, saya ngumpulin akta lahir, pasfoto, dan nilai UAN, dan yang seharusnya dikumpulkan bukannya nilai UAN melainkan Ijazah. Pasfoto saya pun seharusnya terlihat telinga kiri-kanan, tapi memang telinga kanan saya tidak bisa terlihat, mungkin karena terlalu menempel dengan kepala. Untung saya nggak disuruh foto ulang (saya kasih tau ya, foto pakai blazer itu panas sekali).
Ok, saya isi buku si mbak Akademik. Saya mencari nama saya, dan menulis tanggal. Tanggalnya yang harus saya isi 7 Oktober 2009, tapi saya tulisnya 7 September. Saya urek-urek pakai bolpen, dan hasilnya malah nggak kelihatan sama sekali tulisan saya. Kalau saya tulis ulang di atasnya, tentu itu namanya merebut tempat orang lain. Mana saya tidak ada tipex, dan saya hanya berharap mbaknya nggak sadar, dan saya yakin Tuhan (kalau memang ada) tahu kalau maksud saya menulis tanggal 7 Oktober 2009.
3. Setelah dari akademik, saya harus ke kantor PR di kampus B di seberang untuk menyerahkan foto dalam CD. Ternyata mbak PR-nya baru datang jam 10, di mana saya masih harus menunggu sekitar 45 menit. Cukuplah untuk makan soto di kedai depan dan ke ATM BCA di apartemen sebelah.
Makan pun nggak santai, dan saya bergegas ke apartemen untuk mencari ATM. Ternyata sebelum sampai apartemen saya melihat plang ATM BCA di ruko. DI depan ruko ada seorang berjaket hitam, dan langsung saya tanya, "Mas, ATM BCA di mana ya?", Lalu si mas menjawab "Wah saya nggak tau, coba tanya sama sekuritinya." Dalam hati, ohh ternyata dia bukan sekuriti toh, salah nanya dong gue. Maaf ya mas.
Di pintu ruko ATM-nya, bertuliskan "operational banking open from 8.15-21.00." Padahal itu sudah jam sembilan lewat, tapi pintunya masih di tutup. Dari dalam, seorang satpam sedang makan mie ayam (kalau nggak salah) melambaikan tangan ke saya menandakan ATM nya belum buka. Hmm, gue merasa dibodohi sama tulisan di pintu itu. Atau memang sebenarnya si satpam itu yang sedang gaji buta?
Akhirnya, sampailah gue di ATM apartemen, dengan perlu bertanya arah jalan kepada doorman-nya, padahal sering banget saya bolak-balik ke situ. (makanya jangan heran kenapa ada buku yang judulnya "Why men don't listen and women can't read map") Dari jauh, pintu ATM-nya tertulis, "Maaf ATM sedang dalam perbaikan." Saya masih ragu, siapa tahu saya yang salah baca, dan ternyata memang benar seperti itu tulisannya. Saya masih kepikiran mau cek ke dalam, siapa tahu ATM-nya sudah benar, tapi tulisannya lupa dicabut. Lalu saya pikir-pikir lagi dengan nalar, kalau saya nekad mencoba dan ATM saya (baca:mama saya) ditelah bulat-bulat sama mesinnya, gue mau ngadu ke siapa coba?
4. Setelah tetek-bengek selesai, sekarang tinggal mencegat bis kuning di depan, dan dengan begitu saya nggak akan terlambat ke kantor. Di dalam bisa, saya duduk sendiri di kursi dan mengambil sebelah pinggir, bukan yang dekat jendela. Tiba-tiba di tengah jalan ketika sudah hampir sampai di tempat saya turun, seseorang mendorong dari arah belakang, dan mau duduk di sebelah saya. Seorang kakek-kakek berkulit albino dengan bercak-bercak warna cokelat di kulitnya (gue berpikir sebenarnya warna kulit dia yang asli yang mana) memaki saya, "Sanaan!!" Wah kampret, udah tiba-tiba mendorong saya masuk ke pojok, marah-marah pula. Lalu dia melihat jam tangan saya dan bertanya dnegan kasar sekarang jam berapa. Saya kasarin balik, "sepuluh!". Tiba-tiba, selintas bau pesing menyerang hidung saya. Biasanya, bau seperti itu saya temui di pinggir got atau samping gerobak sampah, bukan di dlaam bis. Memangnya ada yang pipis di bangku bis? Kalau ada sih keterlaluan sekali. Saya mengendus-endus, dan ternyata sumber bau pesingnya berasal dari kakek-kakek sebelah saya itu.
Akhirnya, saya nggak sabar bangun dan mau turun dari bis secepatnya. Saya berdiri, dan keluar paksa melewati si kakek, seperti cara yang ia lakukan tadi. Ketika saya lewat, tangannya yang putih bebercak itu menyentuh punggung saya. Oohhh tidaaakk apa gue akan tertular?? Saya semakin bergegas, dan nggak sengaja tas saya menyenggol kepala ibu-ibu di depan saya. Maaf ya, bu..
Saya turun dari bisa, berpayung ria di sepanjang jalan Tebet Utara yang ramai itu, dan menuju kantor. Seperti biasa, saya menjadi first comer di ruangan saya. Cepat-cepat saya nyalakan lampu, AC dan komputer. Mau mengadu segala kepenatan pagi ini.
Huff.. Semoga hari ini nggak ling-lung lagi dan hari ini terlewati dengan bahagia. I Wish.
Jam tujuh pagi kurang sepuluh menit, alarm handphone berbunyi. Tandanya saya harus segera bangun, mandi, sembayang (dipaksakan) dan segera ke kampus ketemu dosen di kampus A untuk minta tanda tangan di skripsi, lalu ke kampus C untuk menyerahkan dokumen-dokumen buat ijazah.
Pagi-pagi begini, mobil dan supir dipakai nganterin ponakan-ponakan ke sekolah, artinya gue harus nge-bis, lalu ngangkot. Dari depan gang rumah saya, naik bisa sebentar lalu mencegat angkot alias mikrolet 44 di Lapangan Ros. Bujuileee.. Jakarta udah mulai penuh nih, kenapa sih habis lebaran orang-orang nggak extend lamaan aja di kampung halaman sana? Itu terlihat dari hampir semua mikrolet dipenuhi orang berdiri di pintu. Saya sempat kepikiran, kalo saya ikutan nangkring begitu dengan dua tas ini, apa saya titipin tas aja ya ke penumpang lain? Kalo dicuri gimana barang-barang saya? (duuuh buat apa sih ginian aja dipikirin panjang-panjang, toh saya nggak akan nangkring juga. Yeeeyy, ternyata ada bis AC yang lewat, jadi dengan membayar 3000 perak saya bisa duduk dengan nyaman.
Sampai di kampus A di daerah Karet, saya naik ke lantai tujuh karena udah telat 15 menit dari jam yang ditentukan, seharusnya jam setengah 9 pagi. Masuklah saya ke ruangan dosen, dan saya akan jabarkan kelinglungan yang saya alami pagi ini:
1. Bapak dosen yang saya mau temui lagi mengubek-ubek tasnya di lantai, dengan posisi membelakangi gue. Selain si bapak, ada tiga ibu dosen yang salah satunya saya kenal dan kemarin baru gue sms-in. Nah karena posisi si bapak seperti itu, saya bingung apakah harus menunggu dia melihat gue di depan pintu, atau nyamperin aja. Begini aja gue kayaknya susah banget mikirnya. Lalu gue akhirnya samperin dia (soalnya nggak selesai ngubek-ubek tasnya, nggak tau nyari apa), pas dia bangun dan nengok, kagetlah dia tiba-tiba ada saya di belakangnya, dan langsung histeris,"Heyy kamu Faye, udah dateng..?"
Nah saat itu saya nggak ngeh kalau dia kaget, sampai seorang ibu dosen yang nggak gue kenal nyeletuk, "wong permisi dulu dong, jangan ngagetin kayak begitu. Kayak hantu aja." Lalu si ibu memperagakan dengan suara seperti hantu mengagetkan manusia, "Waaa..". Aduh malu saya, apalagi ibu dosen yang saya kenal juga ketawa-ketawa.
setelah dapat tanda tangan si bapak, gue pamit untuk pergi ke kampus C. Nah saya awalnya mau menyapa di ibu dosen yang saya kenal itu, tapi entah kenapa saya sungkan, mungkin karena kejadian hantu barusan itu, membuat gengsi saya melejit utnuk menyapa. Sampai di luar gedung, baru saya menyesal kenapa saya nggak sapa aja. Hampir saya melangkah balik ke dalam gedung, tapi kaki saya malah terus melangkah ke arah angkot yang sedang mengetem, mengantarkan saya ke kampus C.
2. Sampai di kampus C, saya ngumpulin akta lahir, pasfoto, dan nilai UAN, dan yang seharusnya dikumpulkan bukannya nilai UAN melainkan Ijazah. Pasfoto saya pun seharusnya terlihat telinga kiri-kanan, tapi memang telinga kanan saya tidak bisa terlihat, mungkin karena terlalu menempel dengan kepala. Untung saya nggak disuruh foto ulang (saya kasih tau ya, foto pakai blazer itu panas sekali).
Ok, saya isi buku si mbak Akademik. Saya mencari nama saya, dan menulis tanggal. Tanggalnya yang harus saya isi 7 Oktober 2009, tapi saya tulisnya 7 September. Saya urek-urek pakai bolpen, dan hasilnya malah nggak kelihatan sama sekali tulisan saya. Kalau saya tulis ulang di atasnya, tentu itu namanya merebut tempat orang lain. Mana saya tidak ada tipex, dan saya hanya berharap mbaknya nggak sadar, dan saya yakin Tuhan (kalau memang ada) tahu kalau maksud saya menulis tanggal 7 Oktober 2009.
3. Setelah dari akademik, saya harus ke kantor PR di kampus B di seberang untuk menyerahkan foto dalam CD. Ternyata mbak PR-nya baru datang jam 10, di mana saya masih harus menunggu sekitar 45 menit. Cukuplah untuk makan soto di kedai depan dan ke ATM BCA di apartemen sebelah.
Makan pun nggak santai, dan saya bergegas ke apartemen untuk mencari ATM. Ternyata sebelum sampai apartemen saya melihat plang ATM BCA di ruko. DI depan ruko ada seorang berjaket hitam, dan langsung saya tanya, "Mas, ATM BCA di mana ya?", Lalu si mas menjawab "Wah saya nggak tau, coba tanya sama sekuritinya." Dalam hati, ohh ternyata dia bukan sekuriti toh, salah nanya dong gue. Maaf ya mas.
Di pintu ruko ATM-nya, bertuliskan "operational banking open from 8.15-21.00." Padahal itu sudah jam sembilan lewat, tapi pintunya masih di tutup. Dari dalam, seorang satpam sedang makan mie ayam (kalau nggak salah) melambaikan tangan ke saya menandakan ATM nya belum buka. Hmm, gue merasa dibodohi sama tulisan di pintu itu. Atau memang sebenarnya si satpam itu yang sedang gaji buta?
Akhirnya, sampailah gue di ATM apartemen, dengan perlu bertanya arah jalan kepada doorman-nya, padahal sering banget saya bolak-balik ke situ. (makanya jangan heran kenapa ada buku yang judulnya "Why men don't listen and women can't read map") Dari jauh, pintu ATM-nya tertulis, "Maaf ATM sedang dalam perbaikan." Saya masih ragu, siapa tahu saya yang salah baca, dan ternyata memang benar seperti itu tulisannya. Saya masih kepikiran mau cek ke dalam, siapa tahu ATM-nya sudah benar, tapi tulisannya lupa dicabut. Lalu saya pikir-pikir lagi dengan nalar, kalau saya nekad mencoba dan ATM saya (baca:mama saya) ditelah bulat-bulat sama mesinnya, gue mau ngadu ke siapa coba?
4. Setelah tetek-bengek selesai, sekarang tinggal mencegat bis kuning di depan, dan dengan begitu saya nggak akan terlambat ke kantor. Di dalam bisa, saya duduk sendiri di kursi dan mengambil sebelah pinggir, bukan yang dekat jendela. Tiba-tiba di tengah jalan ketika sudah hampir sampai di tempat saya turun, seseorang mendorong dari arah belakang, dan mau duduk di sebelah saya. Seorang kakek-kakek berkulit albino dengan bercak-bercak warna cokelat di kulitnya (gue berpikir sebenarnya warna kulit dia yang asli yang mana) memaki saya, "Sanaan!!" Wah kampret, udah tiba-tiba mendorong saya masuk ke pojok, marah-marah pula. Lalu dia melihat jam tangan saya dan bertanya dnegan kasar sekarang jam berapa. Saya kasarin balik, "sepuluh!". Tiba-tiba, selintas bau pesing menyerang hidung saya. Biasanya, bau seperti itu saya temui di pinggir got atau samping gerobak sampah, bukan di dlaam bis. Memangnya ada yang pipis di bangku bis? Kalau ada sih keterlaluan sekali. Saya mengendus-endus, dan ternyata sumber bau pesingnya berasal dari kakek-kakek sebelah saya itu.
Akhirnya, saya nggak sabar bangun dan mau turun dari bis secepatnya. Saya berdiri, dan keluar paksa melewati si kakek, seperti cara yang ia lakukan tadi. Ketika saya lewat, tangannya yang putih bebercak itu menyentuh punggung saya. Oohhh tidaaakk apa gue akan tertular?? Saya semakin bergegas, dan nggak sengaja tas saya menyenggol kepala ibu-ibu di depan saya. Maaf ya, bu..
Saya turun dari bisa, berpayung ria di sepanjang jalan Tebet Utara yang ramai itu, dan menuju kantor. Seperti biasa, saya menjadi first comer di ruangan saya. Cepat-cepat saya nyalakan lampu, AC dan komputer. Mau mengadu segala kepenatan pagi ini.
Huff.. Semoga hari ini nggak ling-lung lagi dan hari ini terlewati dengan bahagia. I Wish.
Ke Tony Jack's, ketemu pengejek. Pulanglah kau naik ojek!
Toni Jack's Thamrin, Minggu 4 Oktober 2009
Makan di Tony Jack's sama pacar, berpakaian dress hitam tanpa lengan. Mencomot-comot ayam si dia, mengoceh sambil tertawa, bukankah itu hal yang lumrah?
Itu mungkin luar biasa bagi seorang ibu dengan dua anak lelakinya yang duduk di sudut jendela, tepatnya di seberang kami. Tatapannya seakan memandang sepasang alien turun ke bumi dan sedang merencanakan misi untuk menghancurkan bumi. Like mother like sons, anak-anaknya bergantian ikutan menoleh.
Mungkin hal yang kami lakukan sangat amat super duper tidak biasa di negara mereka. Atau, si ibu cemburu karena masa mudanya tidak seriang kami. Tidak boleh saling berbagi kesenangan, apalagi menyentuh. Mungkin si ibu meracuni kedua anaknya, "Lihat deh dua orang itu, benar-benar tidak muhrim mereka." (dalam hati: Aaa.. Masa mudaku tidak seindah ituuu). Ditambah lagi, kami berdua suap-suapan di ketika si ibu menoleh.
Kami beranjak pergi, melewati jendela tempat mereka duduk dan saling memeluk, alias melakukan tindakan tidak muhrim. hehe..
*gini nih kalo kerjaan orang yang suka ngangetin orang yang lagi panas,,
Makan di Tony Jack's sama pacar, berpakaian dress hitam tanpa lengan. Mencomot-comot ayam si dia, mengoceh sambil tertawa, bukankah itu hal yang lumrah?
Itu mungkin luar biasa bagi seorang ibu dengan dua anak lelakinya yang duduk di sudut jendela, tepatnya di seberang kami. Tatapannya seakan memandang sepasang alien turun ke bumi dan sedang merencanakan misi untuk menghancurkan bumi. Like mother like sons, anak-anaknya bergantian ikutan menoleh.
Mungkin hal yang kami lakukan sangat amat super duper tidak biasa di negara mereka. Atau, si ibu cemburu karena masa mudanya tidak seriang kami. Tidak boleh saling berbagi kesenangan, apalagi menyentuh. Mungkin si ibu meracuni kedua anaknya, "Lihat deh dua orang itu, benar-benar tidak muhrim mereka." (dalam hati: Aaa.. Masa mudaku tidak seindah ituuu). Ditambah lagi, kami berdua suap-suapan di ketika si ibu menoleh.
Kami beranjak pergi, melewati jendela tempat mereka duduk dan saling memeluk, alias melakukan tindakan tidak muhrim. hehe..
*gini nih kalo kerjaan orang yang suka ngangetin orang yang lagi panas,,
Thursday, October 1, 2009
Apa arti Merdeka?
Beberapa bulan yang lalu, ada seseorang yang memberitahuku sesuatu yang membuatku merasa ada harapan. Kupegang kata-kata itu sampai kemarin. Setelah seseorang itu mengeryitkan dahinya, seolah tidak pernah mengucapkan hal itu.
Hanya dengan sepercik kalimat "Oh kalau saya pernah bicara, berarti saya salah ngomong. Kalau begitu saya tarik kata-kata saya", ia menentukan nasib saya, dan meruntuhkan segala harapan yang kujaga selama ini.
Saya hanya menelan pahit kata-kata itu, dan setengah tertawa di dalam hati. Apakah ia tidak pernah tahu ada seorang pakar komunikasi yang mengatakan bahwa kata-kata yang telah diucapkan tidak bisa ditarik? itulah salah satu prinsip komunikasi.
Lantas kenapa orang yang tidak paham betul mengenai komunikasi dengan sesama, bisa menjadi seorang pemimpin?
Apakah sistem kasta masih berlaku di negri ini, di mana seorang dari kasta lebih rendah tidak bisa membalikan kata-kata kepada kasta di atas?
Kalau begitu, apa arti merdeka?
Wednesday, September 30, 2009
Lebaran, Bogor dan kembang duren.
Jakarta, 22 September 2009 (sambil nemenin orang jelek ngorok di sebelah)
Lebaran adalah liburan buatku, tepatnya kemarin. Melepas dari kepenatan dan keriweuhan kota Jakarta, dengan melarikan diri ke kota Bogor, berkunjung ke rumah saudara di Tajur. Di balik gerbang besar berwarna hijau, ada kebun luas mengelilingi rumahnya. Keluargaku disambut seruan seekor anjing Golden, seekor anjing tekel campuran, seekor Dalmatian dan dua ekor anjing pomerian.
Tepat sekali saat itu waktu makan siang, dan di atas meja tersedia sayuran yang tidak aku ataupun kamu kenal. Namanya kembag duren. Seperti tumis jamur, panjang, kenyal dan renyah. Kembang itu didapat dari pohon duren yag mereka rawat di kebun. Lucu sekali, tidak menyangka kembang yang biasanya hanya merepotkan, membuat kebun berantakan, bisa disantap. Rasanya? Kalau tidak enak aku tak akan nambah berkali-kali.
Malam tiba, sepupu-sepupuku dan pacar-pacarnya mulai datang dari Jakarta. Sudah lama sekali rasanya ketemu mereka, smpai canggung pada awalnya, dan seru pada akhirnya. Dalam sebuah rumah, malam itu dihuni lebih dari 10 orang dan anjing-anjing, malam itu menjadi spesial. Bukan hanya yang merayakan lebaran saja yang bisa berkumpul dengan seru, kami juga bisa.
Mengobrol mulai dari topik film, jurusan kuliah, sampai mantan-mantan pacar aku lakoni. Edwin yang ikut berlibur, seru main counter strike bersama Iman, salah satu sepupu saya. Tak mau kalah seru, Hani dan Melko, kedua anjing pom, ikutan seru. Begitu melihat tungkai siapapun, pasti Hani mengajak kawin, seperti tidak ada yang melihat saja, Setiap ada orang yang ia anggap asik, langsung dijajah badannya dengan cakaran dan jilatannya.
Esok paginya, aku mengawali pagi dengan membaca novel Perahu Kertas. Saya kagum sekali pada Dee sang pengarang, membuatku enggan menyudahinya. Rencana kami selanjutnya adalah berkunjung ke rumah saudara yang lain, tapi tak jadi dan kunjungan ditutup dengan hidangan serupa yaitu kembang duren, ayam goreng, dan bakwan jagung super enak.
Walau hanya menginap semalam, tapi momen-momen indah tidak terelakkan. Sudah pulang, pikiran langsung merayap ke hari esok, dan esoknya lagi, di mana kantor sudah menunggu kedatanganku . ;(
Lebaran adalah liburan buatku, tepatnya kemarin. Melepas dari kepenatan dan keriweuhan kota Jakarta, dengan melarikan diri ke kota Bogor, berkunjung ke rumah saudara di Tajur. Di balik gerbang besar berwarna hijau, ada kebun luas mengelilingi rumahnya. Keluargaku disambut seruan seekor anjing Golden, seekor anjing tekel campuran, seekor Dalmatian dan dua ekor anjing pomerian.
Tepat sekali saat itu waktu makan siang, dan di atas meja tersedia sayuran yang tidak aku ataupun kamu kenal. Namanya kembag duren. Seperti tumis jamur, panjang, kenyal dan renyah. Kembang itu didapat dari pohon duren yag mereka rawat di kebun. Lucu sekali, tidak menyangka kembang yang biasanya hanya merepotkan, membuat kebun berantakan, bisa disantap. Rasanya? Kalau tidak enak aku tak akan nambah berkali-kali.
Malam tiba, sepupu-sepupuku dan pacar-pacarnya mulai datang dari Jakarta. Sudah lama sekali rasanya ketemu mereka, smpai canggung pada awalnya, dan seru pada akhirnya. Dalam sebuah rumah, malam itu dihuni lebih dari 10 orang dan anjing-anjing, malam itu menjadi spesial. Bukan hanya yang merayakan lebaran saja yang bisa berkumpul dengan seru, kami juga bisa.
Mengobrol mulai dari topik film, jurusan kuliah, sampai mantan-mantan pacar aku lakoni. Edwin yang ikut berlibur, seru main counter strike bersama Iman, salah satu sepupu saya. Tak mau kalah seru, Hani dan Melko, kedua anjing pom, ikutan seru. Begitu melihat tungkai siapapun, pasti Hani mengajak kawin, seperti tidak ada yang melihat saja, Setiap ada orang yang ia anggap asik, langsung dijajah badannya dengan cakaran dan jilatannya.
Esok paginya, aku mengawali pagi dengan membaca novel Perahu Kertas. Saya kagum sekali pada Dee sang pengarang, membuatku enggan menyudahinya. Rencana kami selanjutnya adalah berkunjung ke rumah saudara yang lain, tapi tak jadi dan kunjungan ditutup dengan hidangan serupa yaitu kembang duren, ayam goreng, dan bakwan jagung super enak.
Walau hanya menginap semalam, tapi momen-momen indah tidak terelakkan. Sudah pulang, pikiran langsung merayap ke hari esok, dan esoknya lagi, di mana kantor sudah menunggu kedatanganku . ;(
Subscribe to:
Posts (Atom)