Yolody's Room

Saturday, January 10, 2009

Festival Pembawa Tawa Di Tengah Krisis






IDefest (Indonesian Dream Festival) adalah festival yang diadakan oleh Buddha Dharma Indonesia (BDI) setiap tahunnya menjelang tahun baru. IDefest kedua kalinya diadakan 29-30 Desember 2008 lalu di Megamendung. Festival ini menjadi wadah bagi anak-anak muda BDI se-Indonesia untuk berunjuk gigi tentang keahliannya masing-masing. Kali ini, IDefest berhasil menjaring ratusan anak muda dalam berbagai macam kompetisi, mulai dari dance, band, nyanyi, sampai talent show. Di atas panggung kebanggaan Amerta Megamendung yang disorot lampu dan segala macam efek, serta di depan penonton yang berjumlah sekitar 1.600 orang, para finalis mengerahkan segala kemampuannya untuk beraksi dan merebut gelar juara. Tidak hanya kompetisi panggung, namun dalam IDefest ini juga diadakan lomba membuat feature TV, film pendek, komik dan fotografi.

Proses pemilihan enam finalis dalam setiap kompetisi tidaklah mudah. Para peserta berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk mengikuti babak penyisihan terlebih dahulu, sebelum mendapatkan enam finalis tersebut. Pesertanya unik-unik, dari yang berlogat medok jawa, logat cina yang kental sampai “apa kareba”-nya Makassar pun terdengar. Hasil karya mereka tidak akan sia-aia karena karya-karya tersebut akan dinilai oleh para praktisi yang ahli di bidangnya.

Sebutlah kompetisi menyanyi. Babak penyisihan yang diikuti oleh 24 peserta berjalan mulus. Menyaksikan babak penyisihan yang dibuat sederhana ini tidak terlalu berbeda dengan audisi American Idol yang sering kita tonton di TV. Ada seorang peserta bernama Junaedy dari Jawa Timur, yang dengan percaya dirinya memasuki ruangan dengan penampilan super aneh. Dengan topeng ala perampok Bank, ia menyapa ketiga juri dan siap bernyanyi. Dengan penampilan seperti itu, kita pasti akan berpikir lagu yang akan ia bawakan berirama. Tak disangka, ia malah membawakan lagu Bunda-nya Melly Goeslaw dengan suara yang pas-pasan. Andino, Nanang Hape dan Tan Kok Siong yangberperan sebagai juri saat itu tentu saja tidak bisa menahan tawa. Setengah mati mereka menahan agar tidak tertawa dengan cara pura-pura serius memejamkan mata, agar si peserta itu tidak turun mentalnya.
Waktu terus berjalan, dan sampailah pada pemilihan enam finalis nyanyi yang akan bernyanyi di panggung kebanggaan. Dan akhirnya, dari setiap kompetisi, terpilihlah tiga finalis yang akan menjadi jawara IDefest 2008 itu.


Pada final ini, salah satu jurinya istimewa yaitu Marcell Siahaan, penyanyi Indonesia yang ngetop dengan lagu Firasat. Di panggung Amerta tersebut, semua finalis dari seluruh kompetisi tampil secara bergantian, mulai dari band, nyanyi, dance lalu talent show dengan juri yang berbeda-beda. Selain juri kompetisi, ada juga juri spektakuler yang diperankan oleh Sarah Sechan dan Ully Herdinansyah. Mereka bertugas untuk mengomentari semua kompetisi dan menilai apakah ada hal-hal yang membuat takjub ketika tampil. Sarah dengan celetukannya yang luar biasa lucu membuat 1.600 penonton tertawa memenuh kawasan Megamendung tersebut.

Di sela-sela pertunjukan, dengan antusias, Marcell Siahaan mengomentari acara IDefest secara keseluruhan. "Acaranya sangan well prepared. Penyelenggara tidak hanya memakai skill, tapi juga hati dalam menyelenggarakan IDefest ini. Salut.."

Malam hari itu, decak kagum dan tepuk tangan 1.600 penonton membahana di seputar kawasan Amerta. Tawa riang berderai, menimbulkan suatu pemikiran. Di jaman krisis dan susah seperti sekarang, masih ada acara besar yang dapat menghibur banyak orang dan memotivasi seluruh anak muda se-Indonesia untuk menggali potensi dalam diri. Namun acara ini bukan seperti variety show di TV yang menjanjikan ketenaran instan bagi para juara, tapi melatih percaya dengan kemampuan diri dan juga menjawab permasalahan bahwa walaupun krisis tengah melanda, setiap orang masih berhak merasa happy. (by Faye Yolody)