Yolody's Room

Tuesday, October 20, 2009

Listrik sudah bosan hidup di kantor

Kemarin dan hari ini puncak dari segala kekesalan mengenai listrik di ruangan kantor saya.

Kemarin pagi, saya sudah berjuang keras untuk beranjak dari kasur (setelah diserang insomnia hebat!) dan ke kantor tepat waktu. Pukul sepuluh tepat, saya sudah menyapa komputer saya. Sepuluh menit kemudian, listrik turun membunuh nyawa komputer saya.

Rekan-rekan kerja saya yang gila dan heboh datang satu persatu, dan mereka merasakan apa yang saya rasakan. Setiap beberapa menit, komputer tutup usia tiba-tiba. Dan ketika itu pula, setiap orang di ruangan ini bereaksi tiba-tiba.

Seperti Philip, desainer yang duduk di sebelah saya, selalu melotot dan teriak, "Nge***, belom gue save!"

Heidy, fashion stylist nggak mau kalah, "Ketek beraeeerr..!!"

Carl, di seberang saya teriak seperti orang kesurupan, "AAAAAAA!!!"

Sissy, di belakang saya juga nggak kalah hebohnya.

Saya juga kesal, tapi saya sedikit menikmati ritme ini. Ketika listrik membunuh komputer saya, adrenalin saya dan teman-teman meningkat, dengan mengeluarkan reaksi berbeda-beda.

Sudah dihitung, kemarin seharian sudah mati listrik sebanyak 26 kali.

Yang membuat saya semakin kesal, hampir 26 kali juga saya harus mengulang pekerjaan.

Saking takutnya mati listrik lagi, kami bekerja gelap-gelapan. Apa daya, keyboard komputer saya yang berwarna hitam juga semakin tak nampa, jadinya ngetik mengandalkan feeling sepenuhnya.

..dan hari ini, hal serupa terjadi lagi. Tapi daripada kesal-kesal karena semakin membuang energi, yaaa sudahh lah yaaaa.. emang kantornya begini. Dengar-dengar sih, ada omongan karena ruangan saya terlalu bagus (iyalah, ada beberapa barang antik, wallpaper, lantai kayu, kamar mandi dalam) makanya sering mati listrik (coba dipikir, apa hubungannya ya?)

Barusan tadi ketika saya membaca blog ala Bang Marcell Siahaan (the-tao-of-marcell), komputer saya terbunuh lagi. Tapi saya sudah sempat membaca harapan ia yang seringkali ia tuklis di akhir blog. Demikian saya kutip "semoga semua makhluk bahagia", membuat saya tidak perlu terlalu hanyut dalam kesal hanya karena listrik (dan hal-hal lain tentunya..). * makasiih Bang Marcell!

Karena kalau kita bahagia, secara tidak langsung 'kita' akan mengundang hal-hal yang membahagiakan. (I do trust it, but I do it hardly)

No comments: