Siang ini gue baru saja menyelamatkan seorang kawan. Eit.. Bukannnya gue seorang Superman yang menyelamatkan kawan gue itu dari tabrakan mobil, bukan juga gue seorang malaikat yang menyelamatkan iblis melariakn diri dari neraka. Gue hanya menyelamatkan kawan saya itu dari pembohongan pada orang lain dan pada perasaan dirinya sendiri.(padahal gue juga susah untuk jujur sama perasaan).
Kawan gue (kalo versi majalah disebutnya 'Kawanku'-->super garing becandanya) yang jelas-jelas nggak single itu dilanda dilema, antara mau memperdalam hubungan sama orang lain yang diam-diam mencuri perhatiannya, atau nggak ada hubungan sama sekali. Satu sisi ia mau lebih memastikan perasaannya sama orang itu, apa benar selama ini sebersit rasa sukanya benar-benar terbukti, satu sisi ia takut untuk jujur pada pacarnya tentang perasaannya.
Gue cuma bilang, jangan pernah main belakang. Kalau memang mau memastikan bagaimana perasaannya ya nggak salah, tapi harus jujur. ..dan akhirnya ia memutuskan.. untuk nggak melajutkan. Tapi gue merasa masih ada rasa sesal di hati kawan gue itu atas keputusannya. Mungkin suatu saat, rasa penasaran dan keinginannya akan muncul lagi, dan ia mungkin akan meminta saran lagi.
Hm.. Memang susah untuk berkaca dan jujur pada diri sendiri ya.
Yolody's Room
Wednesday, November 25, 2009
Thursday, November 19, 2009
Go Green!
Tuesday, November 17, 2009
Gado gado
Huaaaa.. Kemarin perasaan gue campur aduk. Menjelang dan akhirnya bertemu dengan orang nggak gue sangka-sangka bakal ketemu yang menurut gue.. auranya kuat.
Senang, sumringah, heran, curiga, tiba-tiba kaget, tegang, grogi banget, ngebet, greget, panik, segan, takut, pesimis, girang, berharap.
Hayoo emang gue ngapain ituuu? Rahasia. :p
Pokoknya gue merasa di satu titik gue berharap penuh, dan karena terlalu berharap sampai perasan tegang dan grogi muncul.
Senang, sumringah, heran, curiga, tiba-tiba kaget, tegang, grogi banget, ngebet, greget, panik, segan, takut, pesimis, girang, berharap.
Hayoo emang gue ngapain ituuu? Rahasia. :p
Pokoknya gue merasa di satu titik gue berharap penuh, dan karena terlalu berharap sampai perasan tegang dan grogi muncul.
Monday, November 16, 2009
Jadi model sehari
Sunday, November 15, 2009
Mengejar kereta
Minggu, 15 Nov 2009
Bersama tim TV Production 'Seven Wonders', kami mengejar komunitas Jakarta Rubiks Club yang sedang mengadakan gathering di Plaza Ekalokasari Bogor. Dengan modal Rp 5.500/orang kami naik kereta ekonomi AC Manggarai-Bogor.
Baru sampai nih di Bogor.. :p
Menyimak para rubiks-ers bermain dengan metode Blind Fold. Cool!
Foto bareng di foodcourt Plaza Ekalokasari
Bersama tim TV Production 'Seven Wonders', kami mengejar komunitas Jakarta Rubiks Club yang sedang mengadakan gathering di Plaza Ekalokasari Bogor. Dengan modal Rp 5.500/orang kami naik kereta ekonomi AC Manggarai-Bogor.
Baru sampai nih di Bogor.. :p
Menyimak para rubiks-ers bermain dengan metode Blind Fold. Cool!
Foto bareng di foodcourt Plaza Ekalokasari
A silent night in Cava Cafe
Saturday, 14th November 2009
White lines on the windows and the light bring romantic atmosphere into Cava Cafe
A book with a plate of cheese french fries, mocktail Cava Sunset and moctail Cava breeze
Flowers covering one side of the wall ang the ceiling
Having 2 hours and 30 minutes evening therapy for getting rid of tiredness through chatting and laughing :)
White lines on the windows and the light bring romantic atmosphere into Cava Cafe
A book with a plate of cheese french fries, mocktail Cava Sunset and moctail Cava breeze
Flowers covering one side of the wall ang the ceiling
Having 2 hours and 30 minutes evening therapy for getting rid of tiredness through chatting and laughing :)
Thursday, November 12, 2009
Pesan dari orang yang baru dikhianati
Oh demit, ada pesan aneh dari orang aneh yang masuk ke inbox facebook gue pagi ini.
Kalo gue baca selintas, kayaknya ini orang habis putus sama pacarnya, tapi kok ya musti ngumbar-ngumbar gitu ya?
Nggak usah sok-sok bikin sensasi lah kayak artis-artis jaman sekarang (ini gara-gara sering nonton infotaiment), gak penting deh loe! Lagian, kalo emang cewek loe yang berkhianat dan membuat loe menderita (haduuh bahasanya sinetron banget ya) ya loe selesein berdua laaahh! Nggak perlu loe kirim pesan ke orang-orang, padahal gue juga nggak kenal loe.
Kalo gue jadi cewek loe itu yaa,, gak sepenuhnya salah kyknya kalo ninggalin loe, secara cara loe aja kampungan banget. Mending intropeksi diri lah,, Atau mending loe ikut kursus-kursus apa kek,, biar nggak ngurusin beginian dengan cara begini juga.
Maaf ya gue salin pesan loe di sini, nggak maksud buat makin bikin heboh. Tenang aja, nama loe dan profil cewek loe itu gue sensor (tapi taruhan, gue yakin loe lebih seneng kalo gue nggak sensor). Semoga loe agar sedikit tersadar kalau loe baca blog gue ini.
Begini isi pesannya:
Ucok Slalu Saiiyank Dini (nama dipalsukan) November 13 at 10:49am Reply
Brader..Sister...smuanya...tolong bantuin Gw yach...
Gw lg butuh dukungan kalian smua'x....
tolong sent messages apa saja/sadarkan dia akan apa yg tLah dilakukan slama ini ke gw yg bikin gw sakit hati dan menderita ke http://www.facebook.com/profile.php?id=10000045305XXXX
Gw kecewa bgt karna di khianati...smua janji manisnya ke Gw cm Hanya tuk pelampiasan sepi'nya dia aja...ketika gw balk lg ke jkt..Gw malah dikecewakan sama dia....Gw Hancur bangEt....!!!!
Please yach aLL....Help mE....
Thx B4...
Hiks...hiks..hiks
>> Ucok y9 sLaLu Kecewa di Khianatin <<
Kalo gue baca selintas, kayaknya ini orang habis putus sama pacarnya, tapi kok ya musti ngumbar-ngumbar gitu ya?
Nggak usah sok-sok bikin sensasi lah kayak artis-artis jaman sekarang (ini gara-gara sering nonton infotaiment), gak penting deh loe! Lagian, kalo emang cewek loe yang berkhianat dan membuat loe menderita (haduuh bahasanya sinetron banget ya) ya loe selesein berdua laaahh! Nggak perlu loe kirim pesan ke orang-orang, padahal gue juga nggak kenal loe.
Kalo gue jadi cewek loe itu yaa,, gak sepenuhnya salah kyknya kalo ninggalin loe, secara cara loe aja kampungan banget. Mending intropeksi diri lah,, Atau mending loe ikut kursus-kursus apa kek,, biar nggak ngurusin beginian dengan cara begini juga.
Maaf ya gue salin pesan loe di sini, nggak maksud buat makin bikin heboh. Tenang aja, nama loe dan profil cewek loe itu gue sensor (tapi taruhan, gue yakin loe lebih seneng kalo gue nggak sensor). Semoga loe agar sedikit tersadar kalau loe baca blog gue ini.
Begini isi pesannya:
Ucok Slalu Saiiyank Dini (nama dipalsukan) November 13 at 10:49am Reply
Brader..Sister...smuanya...tolong bantuin Gw yach...
Gw lg butuh dukungan kalian smua'x....
tolong sent messages apa saja/sadarkan dia akan apa yg tLah dilakukan slama ini ke gw yg bikin gw sakit hati dan menderita ke http://www.facebook.com/profile.php?id=10000045305XXXX
Gw kecewa bgt karna di khianati...smua janji manisnya ke Gw cm Hanya tuk pelampiasan sepi'nya dia aja...ketika gw balk lg ke jkt..Gw malah dikecewakan sama dia....Gw Hancur bangEt....!!!!
Please yach aLL....Help mE....
Thx B4...
Hiks...hiks..hiks
>> Ucok y9 sLaLu Kecewa di Khianatin <<
Wednesday, November 11, 2009
Tuesday, November 10, 2009
Rafael Kalya Yolodi's birthday
Tuesday, Nov 10 2009
Preparation: one day before
Cupcakes made by my mom.
U know what,the letters made from Marzipan and they were so soft and jelly, so I must be really careful making 'em.
Cute birthday cake made by my mom's love for Rafa
Rafa was trying to blow the candles, but they were done by Khan and Lana
Preparation: one day before
Cupcakes made by my mom.
U know what,the letters made from Marzipan and they were so soft and jelly, so I must be really careful making 'em.
Cute birthday cake made by my mom's love for Rafa
Rafa was trying to blow the candles, but they were done by Khan and Lana
Friday, November 6, 2009
LA LIGHTS INDIE MOVIE
Gue baru ngeliat kalo gue masuk 50 Besar short story competition LA LIGHTS INDIE MOVIE bulan Juni 2009 lalu. Selanjutnya dipilih empat besar.
Otak gue mikir, jauh banget dari 50 langsung terjun bebas ke empat? Gue ke berapa yaaa? Apa mungkin gue ke-5 dan gara-gara cuma dipilih empat jadinya gue nggak masuk? (hehehe percuma aja ya dipikirin lama-lama, toh nggak bakal tau juga).
Nggak apa-apa, next time gue harus lebih bagus lagi. :)
Otak gue mikir, jauh banget dari 50 langsung terjun bebas ke empat? Gue ke berapa yaaa? Apa mungkin gue ke-5 dan gara-gara cuma dipilih empat jadinya gue nggak masuk? (hehehe percuma aja ya dipikirin lama-lama, toh nggak bakal tau juga).
Nggak apa-apa, next time gue harus lebih bagus lagi. :)
Thursday, November 5, 2009
Lauching buku AMSAT
Irfan Hakim Goes to Bloop
Tuesday, November 3, 2009
Alberthiene Endah, penulis yang tak kenal gundah
Selasa, 3 November 2009.
17.30-20.30 pm
Cahaya temaram mengiringi langkah kami di atas lantai kayu dalam sebuah restoran bernuansa etnik romantis. Setiap pijakan kakiku menyisakan debar jantung yang tidak beraturan dalam dada. Seorang di dalam sana adalah sosok yang kutunggu, kuimpikan untuk bertemu dalam beberapa tahun terakhir ini. Bukan mantan pacarku, bukan pula calon tunanganku. Kalau kamu menebak ia lelaki, salah. Ia seorang wanita yang selama ini menjadi ispirasiku dalam berkarya. Sang penulis yang tidak merasa dirinya istimewa, dan tidak pernah ada waktu untuk berpikir apa hebatnya berjumpa dengannya.Tapi, saya sangat merasa istimewa untuk berjumpa dengannya. Alberthiene Endah.
Seorang penulis yang novel-novelnya bertengger di rak buku saya di rumah, duduk persis di depanku. Nyata. Saya yakin ini bukan mimpi. Dalam waktu kurang lebih dua jam, kami berempat mengobrol santai. Segelas ice lemon tea, jus pepaya, dan lilin di atas meja menjadi saksi bisu keberanian dan perjuangan seorang AE bisa menjadi sekarang. Dengan santai ia mengatakan awalnya ia yang bukan siapa-siapa, hanya dengan berani memutuskan untuk mencintai dunia menulis, mencoba konsisten dan fokus, ia menemukan birahi sebenarnya dalam hidup.
Perjuangan AE berawal dari menjadi seorang jurnalis di majalah gereja “HIDUP”, lalu menyeberang ke Femina dan menetap di sana selama sepuluh tahun, sampai ia melompat menjadi penulis biografi, novel dan terjun menjadi penulis skenario. Baginya, untuk menjadi penulis yang melakoni keempat macam bidang tersebut, memiliki keistimewaan sendiri.
Jurnalis, membuatnya bisa bertemu orang-orang baru, dan membuatnya kaya pergaulan. Hal semacam itu lebih mahal dari sekian seri mata uang di negara manapun, karena tidak semua orang bisa mendapat rejeki yang ia miliki. Berbeda dengan biografi, di mana ia harus menggunakan haitnya untuk memasuki perasaan tokoh yang sedang ditulisnya. Ketika si tokoh memiliki masalah, AE pun harus berani untuk benar-benar merasakan, agar setiap huruf yang ia rangkai terdapat ruh di dalamnya. Sampai sekarang, ia sangat berhasrat untuk bisa menulis biografi Anggun, sang diva Indonesia di Prancis. Baginya, Anggun adalah seorang wanita Indoensia yang hebat dan berani, berani untuk tidak mengacuhkan hinaan-hinaan masyarakat Indonesia ketika dulu, dan berani meraih mimpinya. Sekarang, seluruh dunia bisa menilai sendiri keindahan suara yang dimiliki Anggun seperti apa.
Beralih dari biografi menuju dunia novel dan script, tidak perlu diragukan lagi. AE bisa menuangkan semua ide-ide liar dan menyampaikan idealismenya secara bebas terbentang melalui ketikannya di atas keyboard. Tentunya sebelum menjadi rangkaian cerita pada novel dan script, yang pada akhirnya dinikmati orang banyak.
Hal lain yang AE sampaikan di sela cerita dan tawanya yang renyah, bahwa seorang penulis itu harus bemodal dua hal; imajinatif dan disiplin. Selain itu, penulis harus bisa peka dan adaptif terhadap apapun, agar bisa melahirkan tulisan yang bagus. Tidak hanya sekedar tulisan yang tidak berkarakter. Ketika salah satu teman saya bertanya padanya untuk mengungkapkan tulisannya dalam tiga kata, ia menjawab, “Real. Easy to read. (Gawat, yang ketiga saya lupa!).” Menurutnya, tulisan yang bagus bukanlah yang membuat orang berpikir lama unutk mencerna kata-katanya, melainkan membuat orang mudah mengerti dan memahami maknanya.
Hari ini benar-benar manjadi hari istimewa bagi saya, dan melalui tulisan ini saya hendak berbagi dengan orang-orang yang belum kesampaian bertemu dengan AE. Walaupun hanya membaca dari ketikan jari-jari saya yang tidak lentik ini, semoga dapat merasakan ruh tulisan saya, dan terinspirasi seperti yang saya rasakan.
Sebelum benar-benar menyudahi, saya mau menuliskan quote dari mbak Alberthiene Endah:
“Setiap orang harus memiliki keberanian untuk melangkah maju, jangan terlalu lama berpikir dan diam di tempat, dan ketika keinginan sudah tercapai rasanya akan senang sekali.”
17.30-20.30 pm
Cahaya temaram mengiringi langkah kami di atas lantai kayu dalam sebuah restoran bernuansa etnik romantis. Setiap pijakan kakiku menyisakan debar jantung yang tidak beraturan dalam dada. Seorang di dalam sana adalah sosok yang kutunggu, kuimpikan untuk bertemu dalam beberapa tahun terakhir ini. Bukan mantan pacarku, bukan pula calon tunanganku. Kalau kamu menebak ia lelaki, salah. Ia seorang wanita yang selama ini menjadi ispirasiku dalam berkarya. Sang penulis yang tidak merasa dirinya istimewa, dan tidak pernah ada waktu untuk berpikir apa hebatnya berjumpa dengannya.Tapi, saya sangat merasa istimewa untuk berjumpa dengannya. Alberthiene Endah.
Seorang penulis yang novel-novelnya bertengger di rak buku saya di rumah, duduk persis di depanku. Nyata. Saya yakin ini bukan mimpi. Dalam waktu kurang lebih dua jam, kami berempat mengobrol santai. Segelas ice lemon tea, jus pepaya, dan lilin di atas meja menjadi saksi bisu keberanian dan perjuangan seorang AE bisa menjadi sekarang. Dengan santai ia mengatakan awalnya ia yang bukan siapa-siapa, hanya dengan berani memutuskan untuk mencintai dunia menulis, mencoba konsisten dan fokus, ia menemukan birahi sebenarnya dalam hidup.
Perjuangan AE berawal dari menjadi seorang jurnalis di majalah gereja “HIDUP”, lalu menyeberang ke Femina dan menetap di sana selama sepuluh tahun, sampai ia melompat menjadi penulis biografi, novel dan terjun menjadi penulis skenario. Baginya, untuk menjadi penulis yang melakoni keempat macam bidang tersebut, memiliki keistimewaan sendiri.
Jurnalis, membuatnya bisa bertemu orang-orang baru, dan membuatnya kaya pergaulan. Hal semacam itu lebih mahal dari sekian seri mata uang di negara manapun, karena tidak semua orang bisa mendapat rejeki yang ia miliki. Berbeda dengan biografi, di mana ia harus menggunakan haitnya untuk memasuki perasaan tokoh yang sedang ditulisnya. Ketika si tokoh memiliki masalah, AE pun harus berani untuk benar-benar merasakan, agar setiap huruf yang ia rangkai terdapat ruh di dalamnya. Sampai sekarang, ia sangat berhasrat untuk bisa menulis biografi Anggun, sang diva Indonesia di Prancis. Baginya, Anggun adalah seorang wanita Indoensia yang hebat dan berani, berani untuk tidak mengacuhkan hinaan-hinaan masyarakat Indonesia ketika dulu, dan berani meraih mimpinya. Sekarang, seluruh dunia bisa menilai sendiri keindahan suara yang dimiliki Anggun seperti apa.
Beralih dari biografi menuju dunia novel dan script, tidak perlu diragukan lagi. AE bisa menuangkan semua ide-ide liar dan menyampaikan idealismenya secara bebas terbentang melalui ketikannya di atas keyboard. Tentunya sebelum menjadi rangkaian cerita pada novel dan script, yang pada akhirnya dinikmati orang banyak.
Hal lain yang AE sampaikan di sela cerita dan tawanya yang renyah, bahwa seorang penulis itu harus bemodal dua hal; imajinatif dan disiplin. Selain itu, penulis harus bisa peka dan adaptif terhadap apapun, agar bisa melahirkan tulisan yang bagus. Tidak hanya sekedar tulisan yang tidak berkarakter. Ketika salah satu teman saya bertanya padanya untuk mengungkapkan tulisannya dalam tiga kata, ia menjawab, “Real. Easy to read. (Gawat, yang ketiga saya lupa!).” Menurutnya, tulisan yang bagus bukanlah yang membuat orang berpikir lama unutk mencerna kata-katanya, melainkan membuat orang mudah mengerti dan memahami maknanya.
Hari ini benar-benar manjadi hari istimewa bagi saya, dan melalui tulisan ini saya hendak berbagi dengan orang-orang yang belum kesampaian bertemu dengan AE. Walaupun hanya membaca dari ketikan jari-jari saya yang tidak lentik ini, semoga dapat merasakan ruh tulisan saya, dan terinspirasi seperti yang saya rasakan.
Sebelum benar-benar menyudahi, saya mau menuliskan quote dari mbak Alberthiene Endah:
“Setiap orang harus memiliki keberanian untuk melangkah maju, jangan terlalu lama berpikir dan diam di tempat, dan ketika keinginan sudah tercapai rasanya akan senang sekali.”
Dua jam yang meracau sampai satu menit sebelum bertemu Alberthiene Endah..
16.30 pm.
Setelah berkeliling dari pagi sampai sore ke sekolah-sekolah di Jakarta dalam rangka urusan kantor, gue diturunin Chris di depan Balai Sudirman, tempat yang pas buat mencegat taksi. Gue hadanglah taksi biru kesayangan Indonesia (hehe.. everybody knows) untuk segera meluncur ke rumah ketiga mbak AE yang mau gue temui nanti. PS.
Jalanan dekat semanggi macet gila, dan gue amat sangat berharap jangan sampai gue telat dateng, kan nggak etis banget rasanya. Akhirnya, dengan modal komat-kamit doa sedikit di bibir, sampailah gue di PS dengan membayar 36 ribu perak ke abang taksi berbadan gendut, berkulit hitam dan bergigi sedikit maju itu. Gue langsung sms Desbud, teman gue yang mau mewawancara mbak AE. Katanya, wawancara jam enam. Sip aman. Gue masih ada waktu satu jam nangkring di Kinokuniya.
Eskalator demi eskalator gue jabanin sampai lantai lima. Sms masuk ke HP gue, dan Desbud bilang ketemuan di PS batal, jadinya di Loro Jonggrang- Menteng, karena mbak AE-nya baru aja cabut dari PS. Selinting ide goblok menggamit pikiran gue, coba kalo gue ketemu dia di PS, dan gue bilang “halo mbak AE, kenalin saya Faye ( sambil memaksanya bersalaman sama gue). Mbak mau diwawancara majalah Hers kan? Ntar mau ikutan wawancara mbak, lho. Bisa saya nebeng ke Loro Jonggrang?”
Hehe,, Tenang saja, itu hanya sekedar imajinasi gue, nggak mungkin juga gue ngelakuin itu kali. Gue masih punya manner kali. Tapi, imajinasi itu membuat gue tertawa sendiri sambil menuruni eskalator.
Eniwei, Loro Jonggrang.. Tempatnya sih tau banget (sering lewatin soalnya, masuk sih nggak pernah), tapi, arah jalannya, gue buta bangeeet! (ini masalah keturunan dari nenek gue aja, yang penyakit buta jalannya turun ke nyokap gue dan gue)
Panik. Gimana nih kalo gue nyasar? Gimana kalo jalanan macet? Gimana kalo gue diajak muter-muter sama supir taksi? Gimana kalo gue dateng telat pas wawancara udah selesai? AKhirnya, gue nelpon cowok gue, Edwin, yang jelas-jelas lagi tidur di rumah (habis lembur di kantor dan nggak tidur berhari-hari). Karena panik, gue ngomong merepet ke dia, untuk nanya jalan. Dia nggak jawab langsung (iyalaah, nyawa masih belum kekumpul sepenuhnya), lalu menjelaskan arah jalan ke gue dengan sabar, walaupun gue nggak ngerti-ngerti.
Gue buru-buru keluar dari lobby, berjalan di samping barisan taksi biru dan masuk ke taksi paling depan. Astaga, gue kenal banget sama badannya, giginya si supir, dan ternyata itu supir yang nganterin gue ke PS tadi! Benar-benar berjodoh gue sama dia.
Gue bolak-balik telpon Edwin,menerornya lebih enak lewat Thamrin atau HI atau Four Season. Semakin dijelasin, semakin gue nggak ngerti, semakin marah-marah nada ngomong gue (maaf yaaa, gak bermaksud). Gue takut dibawa kabur sama supir taksinya karena ketauan gue nggak tau jalan (dan supirnya nggak tau kalo gue makannya banyak!), apalagi supir taksinya nggak tau di mana Loro Jonggrang.
Akhirnya, dengan segala perjuangan dan kepanikan gue, sampailah gue di kantor Dezbud di dekat Loro Jonggrang. Supir taksinya ternyata nggak bawa gue muter-muter, antara dia males nyulik gue karena gue berisik banget , atau memang dia jujur.Gue membayar jumlah uang yang sama ke supir taksi yang sama pula sebanyak 36 ribu perak lagi (beneran jodoh kayaknya).
Langsung gue meng-sms Edwin dengan serangan minta maaf karena mengganggu tidurnya yang langka itu. Gue tau dia pasti bĂȘte, dan untungnya dia sangat mengerti kalau gue jadi panik karena takut nggak bisa kesampaian ketemu sama mbak AE (Thanks dude!).Dezbud turun nyamperin gue yang udah kayak lalat yang nempel di meja resepsionis, dan berangkat bareng ke Loro Jonggrang, juga bersama editor Hers, mbak Rina.
Tiba di depan restoran Loro Jonggrang, perasaan semakin campur aduk. Gimana kalo mbak AE itu sombong ya? Gimana kalau gue kelihatan bego ya di depannya? Gimana kalau dia nggak mau berteman sama gue ya? Gimana kalo gini, kalo gitu..
Akkh,, hati kecil menampar gue, serasa berkata “adduuuhh kamu tinggal semenit mau ketemu idola kamu,masih mikir macem-macem. Kalau memang mau ketemu dan berteman sama mbak AE ya lakuin aja!!”
Benar. Gue hanya punya semenit untuk mengusir perasaan-perasaan negatif itu.
Sesaat gue sadar, untuk berpikiran jelek atau baik itu adalah pilihan. Dan tentu gue memilih yang kedua. Dengan perasaan senang dan optimis, gue bertiga masuk melewati daun pintu Loro Jonggrang, mencari sosok yang gue cari.
Setelah berkeliling dari pagi sampai sore ke sekolah-sekolah di Jakarta dalam rangka urusan kantor, gue diturunin Chris di depan Balai Sudirman, tempat yang pas buat mencegat taksi. Gue hadanglah taksi biru kesayangan Indonesia (hehe.. everybody knows) untuk segera meluncur ke rumah ketiga mbak AE yang mau gue temui nanti. PS.
Jalanan dekat semanggi macet gila, dan gue amat sangat berharap jangan sampai gue telat dateng, kan nggak etis banget rasanya. Akhirnya, dengan modal komat-kamit doa sedikit di bibir, sampailah gue di PS dengan membayar 36 ribu perak ke abang taksi berbadan gendut, berkulit hitam dan bergigi sedikit maju itu. Gue langsung sms Desbud, teman gue yang mau mewawancara mbak AE. Katanya, wawancara jam enam. Sip aman. Gue masih ada waktu satu jam nangkring di Kinokuniya.
Eskalator demi eskalator gue jabanin sampai lantai lima. Sms masuk ke HP gue, dan Desbud bilang ketemuan di PS batal, jadinya di Loro Jonggrang- Menteng, karena mbak AE-nya baru aja cabut dari PS. Selinting ide goblok menggamit pikiran gue, coba kalo gue ketemu dia di PS, dan gue bilang “halo mbak AE, kenalin saya Faye ( sambil memaksanya bersalaman sama gue). Mbak mau diwawancara majalah Hers kan? Ntar mau ikutan wawancara mbak, lho. Bisa saya nebeng ke Loro Jonggrang?”
Hehe,, Tenang saja, itu hanya sekedar imajinasi gue, nggak mungkin juga gue ngelakuin itu kali. Gue masih punya manner kali. Tapi, imajinasi itu membuat gue tertawa sendiri sambil menuruni eskalator.
Eniwei, Loro Jonggrang.. Tempatnya sih tau banget (sering lewatin soalnya, masuk sih nggak pernah), tapi, arah jalannya, gue buta bangeeet! (ini masalah keturunan dari nenek gue aja, yang penyakit buta jalannya turun ke nyokap gue dan gue)
Panik. Gimana nih kalo gue nyasar? Gimana kalo jalanan macet? Gimana kalo gue diajak muter-muter sama supir taksi? Gimana kalo gue dateng telat pas wawancara udah selesai? AKhirnya, gue nelpon cowok gue, Edwin, yang jelas-jelas lagi tidur di rumah (habis lembur di kantor dan nggak tidur berhari-hari). Karena panik, gue ngomong merepet ke dia, untuk nanya jalan. Dia nggak jawab langsung (iyalaah, nyawa masih belum kekumpul sepenuhnya), lalu menjelaskan arah jalan ke gue dengan sabar, walaupun gue nggak ngerti-ngerti.
Gue buru-buru keluar dari lobby, berjalan di samping barisan taksi biru dan masuk ke taksi paling depan. Astaga, gue kenal banget sama badannya, giginya si supir, dan ternyata itu supir yang nganterin gue ke PS tadi! Benar-benar berjodoh gue sama dia.
Gue bolak-balik telpon Edwin,menerornya lebih enak lewat Thamrin atau HI atau Four Season. Semakin dijelasin, semakin gue nggak ngerti, semakin marah-marah nada ngomong gue (maaf yaaa, gak bermaksud). Gue takut dibawa kabur sama supir taksinya karena ketauan gue nggak tau jalan (dan supirnya nggak tau kalo gue makannya banyak!), apalagi supir taksinya nggak tau di mana Loro Jonggrang.
Akhirnya, dengan segala perjuangan dan kepanikan gue, sampailah gue di kantor Dezbud di dekat Loro Jonggrang. Supir taksinya ternyata nggak bawa gue muter-muter, antara dia males nyulik gue karena gue berisik banget , atau memang dia jujur.Gue membayar jumlah uang yang sama ke supir taksi yang sama pula sebanyak 36 ribu perak lagi (beneran jodoh kayaknya).
Langsung gue meng-sms Edwin dengan serangan minta maaf karena mengganggu tidurnya yang langka itu. Gue tau dia pasti bĂȘte, dan untungnya dia sangat mengerti kalau gue jadi panik karena takut nggak bisa kesampaian ketemu sama mbak AE (Thanks dude!).Dezbud turun nyamperin gue yang udah kayak lalat yang nempel di meja resepsionis, dan berangkat bareng ke Loro Jonggrang, juga bersama editor Hers, mbak Rina.
Tiba di depan restoran Loro Jonggrang, perasaan semakin campur aduk. Gimana kalo mbak AE itu sombong ya? Gimana kalau gue kelihatan bego ya di depannya? Gimana kalau dia nggak mau berteman sama gue ya? Gimana kalo gini, kalo gitu..
Akkh,, hati kecil menampar gue, serasa berkata “adduuuhh kamu tinggal semenit mau ketemu idola kamu,masih mikir macem-macem. Kalau memang mau ketemu dan berteman sama mbak AE ya lakuin aja!!”
Benar. Gue hanya punya semenit untuk mengusir perasaan-perasaan negatif itu.
Sesaat gue sadar, untuk berpikiran jelek atau baik itu adalah pilihan. Dan tentu gue memilih yang kedua. Dengan perasaan senang dan optimis, gue bertiga masuk melewati daun pintu Loro Jonggrang, mencari sosok yang gue cari.
Monday, November 2, 2009
Besok ketemu sama idola gue!
Siang tadi jam tiga Dezbud nge-buzz gue di YM. Gue lagi ngantor. Dia bilang dia baca salah satu wishlist gue di blog yang isinya pengen ngobrol sama Alberthiene Endah, dan ngajakin gue ikut ketemuan sama AE di Wendys Pasfest, buat liputan wawancara Hers. Jam lima. Artinya gue cuma punya waktu satu jam untuk ngebut beresin kerjaan gue, ambil kamera di rumah (waduh, batrenya kan belum dicas!), ambil novel I Love My Boss (buat diteken sama mbak Alberthiene), nge-print cerpen2 gue yang mau gue hadiahkan buat idola gue itu, plus cari orang yang bisa nganterin gue. Satu jam lagi untuk perjalanan. (Macet, waspadalah.)
Panik. Linglung. Belum siap mental.
Hara-hiri selesain kerjaan.
Jam empat, Dezbud bilang nggak jadi. Mbak Alberthiene nya sakit. Jadinya besok di PS.
Lega. Huff... masih ada semalam menyiapkan mental ketemu salah satu penulis favorit gue.
Gute Nacht.
Panik. Linglung. Belum siap mental.
Hara-hiri selesain kerjaan.
Jam empat, Dezbud bilang nggak jadi. Mbak Alberthiene nya sakit. Jadinya besok di PS.
Lega. Huff... masih ada semalam menyiapkan mental ketemu salah satu penulis favorit gue.
Gute Nacht.
Sunday, November 1, 2009
Khan's Birthday
Happy Sweet 3 birthday my cute Nephew, Michael Khan Yolodi.
(ini adegan meniup lilin yang ditancep ke perkedel)
Yeeyy,, The tumpeng looks great! Nggak sabar makan tumpeng buatan mama. Hihihi telur puyuhnya udah gue comotin dari awal. Enak bangeeeettt :)
My sweet Nephew, Rafael Kalya Yolodi.
Your first birthday will be held in Nov 10, sweety.. :)
Nanti nyokap gue bikin tumpeng apa kue ya? *thinking*
Hobby Class-- PERFUME
Minggu, 1 Novermber 2009
13.00 pm
" A Woman who doesn't wear perfume has no future " - Coco Channel
Kelas Hobby-Parfum diadakan oleh tim Professional Muda BDI di Jalan padang. Lumayan banyak yang datang, sampai ruangan Istana Joju Gohonzon terasa sedikit sesak, dan moderator dua kali menyuruh untuk duduk majuan lagi, biar yang telat-telat dateng masih bisa masuk.
Dosennya asli di-import dari India, namanya Ms PRITI MODY. Kelas dimulai dengan dia menjelaskan bagaimana sejarah parfum pada awalnya. Dan gue baru tau kalau PERFUME itu berasal dari kata PER; melalui, dan FUME; asap. Jadi, parfum itu awalnya berasal dari Mesir ketika orang-orang membakar kayu dan asapnya mengeluarkan wangi.
Selanjutnya kelas praktek, di mana kita dibagikan tester enam tester parfum dan kita harus menebak masing-masing parfum itu buat male atau female beserta alasannya. Dari enam, gue berhasil menjawab tiga yang benar tapi alasannya nggak ada yang benar. (bisa dilihat di foto di atas)hehe.. Lumayan tuh, kalo jawaban kita yang paling Ms Pritty suka, bisa dikasih sample parfum sebotol kecil.
Terakhir, beberapa slot sesi tanya jawab dijabani dengan seru. Ternyata, banyak yang punya keraguan dan pertanyaan mengenai parfum (bukan cuma dianggap benda yang bisa menyemprot essens bunga-bungaan)
Jadi, selama kelas kurang lebih 2.5jam, kesimpulan yang gue ambil adalah:
1. Parfum jangan diseprot di baju! (karena bisa merusak bahan), tapi semprotlah di titik-titik nadi kita; belakang kuping, leher dan kedua nadi tangan. Jadi nggak perlu lagi deh nyemprot ke setiap centi tubuh kita, pakai adegan berputar segala. Itu cuma bikin parfum kita cepat habis
2.Jangan pernah menggosok kedua nadi tangan kita (biar parfumnya irit), karena itu membuat wangi parfum tidak tahan lama.
3. Parfum itu ada kandungan alkoholnya yang berfungsi untuk menyebarkan wangi dan menguapkan minyak parfumnya supaya tidak mengendap di kulit. (kalau mengendap, kulit kita bisa lengket dan wanginya tidak menyebar. Jadi kalo mau nyium wanginya harus nempelin hidung ke kulit. Kampung banget kan?)
4. Eau de PArfum --> kandungan inti fragrance-nya berkisar 25-40%, sisanya alkohol (maka itu jenis ini paling mahal)
Eau de Toilette --> kandungan inti fragrance-nya sekitar 15%
Cologne --> kandungan fragrancenya 0.2-2%. Seringkali ditambah air. (jadi inget minyak nyong-nyong yang suka dipakai apak-apak di kopaja. Behh.. )
5. Jangan pernah membeli parfum di tempat isi ulang (di pinggir-pinggir jalan, yang penjualnya biasanya brewokan lebat abis plus pakai sorban di kepala).Tapi kalau memang kepepet beli di tempat refill (misalnya: mau pacaran nanti malam tapi parno takut badan bau), bilang penjualnya pilih yang campuran bahannya alkohol, jangan ETANOL.
6. Usahakan juga tidak membeli parfum di plaza-plaza dengan harga 50 ribuan. Ciri-ciri pertama: segala jenis parfum ditumpuk di sebuah box transparan super gede. Ciri-ciri kedua: mbak-mbak penjualnya kalau ditanya: 'mbak, ini asli gak?', pasti jawabnya: 'oh, asli, cuma ini di-reject aja karena cacat dikit, kayak gini..' (sambil nunjukin kemasan parfum yang robek). Ciri-ciri ketiga:mbak-mbaknya saling melempar parfumnya kalau ada calon pembeli yang mau lihat. seperti ini:
Pembeli : Mbak, lihat parfum Victoria Beckham yang di ujung itu dong.
Mbak A : Mbak B, tolong dong ambilin parfum Victoria Beckham yang di deket kamu.
MBak B : Nih, tangkap ya! (melempar kayak masukin bola basket ke ring)
Mbak A : (parfum nemplok ke jidatnya). Hepp! Nih mbak, parfum yang mbak minta.
Nah, kalo lihat counter dengan ciri-ciri di atas, cepat jauhi deh ya!
7. Untuk menyaring essens bunga, dibutuhkan SATU TON bunga untuk mendapatkan 1 KG sari bunga! (bisa dibanangkan, kasihan bunga-bunga cantik dan wangi diperas habis. Bukan begitu?)
8. BEretiketlah dengan parfummu! Jangan sampai wangi dari tubuh kita menyengat dan membuat orang lain pusing, apalagi kalau meeting di kantor. Percayalah, itu sangat membuat orang menderita! (iyalah, harus mencoba tetap konsen ke agenda meeting, dan nggak bisa bergerak banyak-banyak, plus ditambah bau yang menusuk)
Sekian kesimpulannya sementar, nanti kalau gue misalnya lagi pup, terus keinget kesimpulan lain, pasti habis selesai pup gue langsung tambahin :)
Subscribe to:
Posts (Atom)