Kemarin gue sama bokap ke FX. Tujuan intinya sih mau nonton, tapi tujuan yang lain ya apa lagi, ngeliat terowongan panjang meliuk-liuk seperti ular dari lantai tujuh sampai dasar. Apalagi kalau bukan perosotan yang bikin heboh hampir semua penyuka hiburan di kota hiruk pikuk Jakarta.
Dengan mengorbankan tujuh puluh lima ribu dari dompet,orang-orang hedonis itu diijinkan meluncur ke bawah selama 13 detik. Bukannya nggak boleh sih, tapi.. dengan duit segitu yang didapat dengan keringat kerja yang waktunya jauh beribu kali lipat lebih lama daripada 13 detik hilang seketika. Kenapa ya orang-orang penasaran banget turun dari perosotan itu? Apa itu menjadi simbolisasi anak-anak gaul Jakarta? Bukannya nggak seru sih turun dari perosotan tinggi itu, tapi.. bukannya lebih puas ke dufan main kicir-kicir, kora-kora, arung jeram.. Atau ke waterbom aja sekalian, turung dari perosotan trus langsung byur!
Mungkin dengan pernahnya meluncur disana, besoknya pengalaman itu bisa dipamerkan ke teman-teman sekolah atau kampus.
"Tau gak, gue kemarin naik perosotan di FX loh.."
"Oya, masa? Seru ga?"
"Iya, seru banget, pas mendarat semua orang nontonin gue."
Trus teman yang lain nimbrung.
"Eh apa, lo naik perosotannya? Wih canggih bener, kan mahal banget tuh.."
Apa itu asiknya kali ya? Habis naik, cerita ke orang-orang dan semuanya menganggap itu sesuatu yang keren. Yang dianggap keren siapa? Perosotannya, malnya, atau yang cerita?
Kalo gue sih, nggak bakal naik itu kalo nggak terpaksa. Terpaksanya kalo misalnya FX kebakaran dan satu-satunya jalan keluar ya melalui perosotan itu, baru deh gue naik. Kalo gitu bayar 500 ribu juga oke.
Hm.. Bukannya gue menjelek-jelekan perosotan itu loh, gue malah kagum buat pencetus ide untuk bangun begituan di tengah mall yang sangat futuristik itu karena berhasil bikin targetnya tercebur.
Sekali lagi tulisan ini nggak bermaksud apa-apa, I just getting out what's in my mind.
*Om Manajer FX, jangan teror saya yah.. Piece.. piece.. hehe..
No comments:
Post a Comment