Terjebak dalam sebah kedai sederhana terbuat dari triplek putih,ditemani segelas jeruk hangat dan segelas jus jambu tapa gula, kami berbagi cerita. Dengan iringan irama tetesan hujan deras di luar dan rambut kami yang basah, kami berpegangan tangan, menumpahkan cerita yang beberapa hari tidak keluar.
Sampai seruput terakhir, dan hujan belum kunjung reda. Kami memutuskan berganti tempat mengobrol, masuk ke dalam ruangan kantor yang sepi. Di sana, kami berlanjut berbagi.
Akhirnya, mata lelah tidak bisa dibohongi, dan kami sepakat menerobos hujan dan bermotor ria. Aku, dengan baju terusan bermotif bunga-bunga biru, menunggang motor di belakang dengan memakai payung pink.
Roda motor merputar di atas aspal yang basah, membuat air hujan terciprat ke betis. Angin malam dan hujan bersatu padu berhembus, menyerang tubuhku. Dingin, sejuk, ngantuk, senang. Semua jadi satu.
Sekali lagi, roda motor malintas di kubangan air, dan kali ini air menyentuh paha. Mungkin aku salah kostum saat itu, tapi siapa sangka akan hujan di tengah cuaca yang selalu terik ini?
Mungkin orang-orang melihatku dengan lucu. Berpayung di atas motor. Haha.
Tapi itu bukan masalah, karena rasanya manis. :) (asalkan besok nggak masuk angin dan masih bisa berangkat ke kantor aja. Hehe.)
1 comment:
This writing is sweet honey. i love it. :)
Post a Comment