Yolody's Room

Sunday, October 9, 2011

Meditasi, Pantangan & Prajna

Heeeiiyyyaaaa I am home!! Happy these three days I spent time at home, coffee shop, and temple!

I felt like 'thirsty' of wisdom because my works were too overwhelmed , so I am grateful that today I could listen what priests said in Hoseiji temple, as well as Mas Rusdy. I'll write in Bahasa for now on yaaaa :)

----
Setahun ini, saya selalu melewatkan upacara Oko (sembayang untuk berterima kasih kepada Tanah Air dan pertemuan) di kuil Hoseiji. Alasannya, tidak ada waktu. Padahal, Upacara Oko itu dilaksanakan setiap hari Minggu, sebulan sekali. Betapa sombongnya saya, masih bisa bilang tidak ada waktu.

Sampai hari ini, rasanya saya 'haus' banget, dan hati saya bilang saya harus datang ke Kuil hari ini. Sensei Takahashi hari ini membawa tema 'Meditasi, Pantangan, dan Prajna (wisdom.kebajikan).'

Menurut agama Buddha Nichiren Shoshu, 3 hal tersebut sangatlah berkaitan pelaksanaannya di dalam hidup. Hanya saja, bentuk pelaksanaannya tidak sama seperti ajaran-ajaran yang berlaku pada zaman dahulu. Logikanya, zaman berubah terus. Dan sekarang adalah zaman yang susah (zaman mapo/akhir dharma). Bisa dilihat dari bencana-bencana yang terjadi, masalah bentrokan kemanusiaan, dan kekacauan di dalam negara.

Jadi, kita harus melaksanakan ajaran yang sesuai pula. Misalnya, membahas soal pantangan. Dulu (dan sekarang) pada umumnya pantangan yang digembar-gemborkan umat beragama adalah pantang makan daging, pantang merokok, pantang melakukan hal yang disukai. Itu bentuk pantangan fisik/konkret. Namun, di zaman yang kacau seperti ini, bukan pantangan seperti itu yang diperlukan.

Pantangan yang justru harus dilakukan adalah: Pantang berpikir negatif/tidak perlu, dan pantang merendahkan orang lain. Tampaknya, kedua hal itu justru menjadi makanan sehari-hari kita kan? Akibatnya, kita menjadi sombong dan membedakan orang.

Lalu soal meditasi. Meditasi katanya untuk penenangan jiwa. Tapi, meditasi yang saya yakini bukanlah meditasi dalam bentuk pertapaan fisik dengan memejamkan mata, konsentrasi, dan sunyi senyap. Meditasi di sini adalah pertapaan sehari-hari, yaitu melaksanakan ajaran yang benar melalui sikap kita hingga sekecil apapun.

Terakhir, soal Prajna. Untuk mendapat Prajna di zaman sekarang adalah hal yang sangat sulit, namun tidak mustahil. Semua membutuhkan proses yang harus dilewati dengan hambatan-hambatannya.

-----

Selanjutnya, ini yang saya dapat dari perkataan Pandita Rusdy Rukmarata:

Karma. Hal ini memang sering dikatakan, tapi seringkali pula saya lupa. Jadi, betapa butuhnya saya mendengar ini berkali-kali, dan saya dokumentasikan dalam tulisan di blog ini. Biar bila saya lupa diri, i'll always know that karma happens, not only shit happens :)

Seringkali kita merasa hidup kita sudah berubah ke arah yang lebih baik. Dilihat dari kekayaan, kenyamanan hidup, popularitas, dll. Tapi, bukan berarti itu nasib kita sudah berubah. Begitu sudah tua, baru karma-karma buruk kita muncul dalam bentuk apapun (bangkrut, sakit, dll). Barulah kita sadar, bahwa sebenarnya, sifat dasar kita yang buruk belum diubah.

Lain hal, kita juga sering cenderung lari dari kenyataan. Ada orang yang cerai karena merasa selingkuhannya lebih baik, pindah bekerja karena tidak suka dengan bos. Hey, memang kalau pindah, masalah selesai? Tidak.

Siapapun yang berada di lingkungan hidup kita, adalah cermin diri kita. Sejelek-jeleknya sifat orang tua, itulah kita (I think this is the hardest part!), serese-resenya pembantu atau sopir kita, itulah kita. Jadi, terimalah hal itu, dan ubahlah sifat buruk kita.

---------

Setelah mendengar itu, saya seperti diguyur air dingin.
Saya kini tahu, kenapa hati saya hari ini sangat menyuruh saya pergi ke kuil untuk ikut upacara Oko. Memang, karena saya harus diingatkan kembali soal itu. :)

Thanks for today, and am ready to start working tomorrow :)

No comments: