The World through Digital Media
Digital media is changing the world faster than history can record. But it also helps change the way we communicate and acquire information in a timely manner.
Beberapa puluh tahun silam,
Semua itu masih tak cukup untuk memenuhi kebutuhan pada era informasi sekarang ini. Tak terelakkan lagi, semenjak beberapa tahun terakhir kehidupan kita ‘disusupi’ oleh kehadiran media digital. Lantas, apa sebenarnya media digital, dan bagaimana masa depannya di dunia?
A problem solver
Mendapati kata ‘digital’ dan ‘media’, digital media adalah wadah penyampai pesan yang bersifat komputerisasi, seperti yang diutarakan oleh Donny Bu, dosen pengajar mata kuliah Digital Media di STIKOM
Internet memunculkan berbagai macam hal baru, salah satunya yang telah dibahas di atas, yaitu jejaring sosial. Lainnya, para produsen berita di media konvensional seperti
Menurut Donny, kebutuhan masyarakat untuk mengakses informasi secara cepat yang menuntut kemajuan digital media. Sebagai contoh, kasus strategi marketing pengiriman 100 peti mati di
Faring against conventional media
Hukum rimba yang berbunyi ‘siapa kuat, dialah yang menang’ memang berlaku dalam berbagai bentuk persaingan. Tapi kekhawatiran bahwa media konvensional seperti surat kabar, radio, dan televisi akan lenyap termakan oleh digital media diprediksi tak akan terjadi. Pasalnya, setiap media memiliki kelebihannya masing-masing dan tak tergantikan oleh digital media. Seperti surat kabar, media yang bisa mengulas berita dari sisi lain dan lebih mendalam, bukan sekedar berita up-to-the-minute atau hard news yang banyak disiarkan di media online.
Pendapat serupa diutarakan oleh Enda Nasution, seorang internet marketing analyst dan pendiri situs salingsilang.com. Katanya, seiring teknologi semakin berkembang, publik tak lagi mempermasalahkan informasi datang dari mana, tapi yang penting adalah isinya harus relevan dengan apa yang dibutuhkan. “Sampai saat ini, televisi masih menjadi media yang paling persuasif karena ada motion, dan bila sedang menyetir mobil, media yang paling pas, ya radio,” katanya.
Bagaimanapun, media konvensional tetap memiliki resiko besar bila menghadapi digital media. Berdasarkan hasil riset dari PricewaterhouseCoopers LLP and Wilkofsky Gruen & Associates, seiring berkembangnya teknologi digital, media-media baru akan berkembang, sementara media konvensional yang hanya berdiam diri dipastikan tak akan berkembang atau mengalami penurunan pasar.
Salah satu grup media massa terkemuka di Indonesia, MRA Media Group, pun melakukan konvergensi secara cepat. Majalah-majalah fashion dan lifestyle yang dibawah naungannya seperi Cosmopolitan, Bazaar, Spice, Esquire dan lainnya sekarang sudah bisa dinikmati dalam tablet. Hal itu sesuai visi MRA yang diungkapkan oleh Indriati Wirjanto sekalu Presiden Direktur MRA grup,’’Agar majalah-majalah kami mudah diakses melalui berbagai media elektronik. Karena itu kami bekerjasama dengan berbagai berbagai platform untuk menampilkan majalah dalam format digital. Isinya tentu berbeda dengan versi cetaknya dengan feature-feature lebih atraktif.“ Lantas soal membangun imej perusahaan, MRA menilai terobosan konvergensi ini membuahkan nilai positif, yaitu perusahaan ini diakui mampu memberikan wawasan dan informasi seputar lifestyle dan fashion yang bisa diakses anywhere, anytime, serta anyplace.
Dari segi kenyamanan pembaca, pemanfaatan digital media itu menemukan titik yang sama. Aynie (30), seorang pengajar guru bahasa Mandarin yang gemar mengakses berita melalui tablet. “Baca berita di tablet membuat saya dikenal teman-teman sebagai orang yang update soal berita, karena saya tahu lebih cepat daripada mereka. Selain itu, lebih nyaman baca berita di tablet karena praktis, tak perlu beli surat kabar atau majalah,” ungkapnya.
Publisher media cetak lainnya, Media Indonesia, juga beralih digital ke Media Indonesia for iPad semenjak bulan Januari lalu. Mengusung tujuan menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia digital yang masif, Media Indonesia tetap memberikan informasi dan wawasan untuk para pembaca melalui media ramah lingkungan yang paperless. Dengan publikasi majalah online ini sebulan sekali dengan format menarik, diharapkan digital media terus menjadi
Melihat fenomena tersebut, sangat wajar bila konvergensi media cetak akan menjadi trend yang semakin mendunia di tahun ini. Bukan sekedar trend baru yang cepat surut, bila dilihat dari perjalanannya yang selalu menanjak semenjak tahun 2008 silam. Siapkah Anda menyambut ‘guyuran’ digital media berikutnya?
More than just a consumer
Idealnya, suatu negara ditinggali oleh masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge- based society) untuk memajukan bangsanya. Sayang, seringkali orang beralasan karena merasa tidak pintar, ia tidak bisa turut serta membangun negara. Padahal, menurut Donny, dengan modal keinginan untuk berbagi informasi melalui blog atau situs tertentu, kita sudah menjadi produsen berita dan melakukan sesuatu untuk orang lain.
“Media tak bisa memegang idealisme 100% untuk hanya menyuguhkan berita yang dibutuhkan masyarakat, tapi juga harus memberikan apa yang diinginkan masyarakat. Dari
Perfect timing for business
Layak untuk diketahui oleh orang-orang yang berjiwa pengusaha, bahwa era ini adalah saat yang tepat untuk merintis usaha atau berinvestasi melalui digital media. Menurut Enda, digital media merupakan wadah penampung ide-ide bisnis yang brilian tanpa menuntut modal awal yang besar. Bentuk promosinya bisa dengan memanfaatkan jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook. Tak heran, 41% dari pemilik usaha di dunia meyakini twitter mampu menambah value untuk perusahaannya.
Idenya apa, perlu dikonsepkan sesuai kebutuhan publik, salah satu sebagai contoh situs mengenai seluk-beluk berbagai daerah di
Pendapat tersebut sejalan dengan apa yang diyakini oleh Andy Sjarif, CEO dari SITTI (www.sitti.co.id), sebuah perusahaan bisnis advertising online yang bersifat kontekstual, dalam arti iklan ’dijodohkan’ kepada consumer yang membutuhkan. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi sumber daya dan daya ekonomi yang kuat, hanya saja ide-ide dari manusianya harus lebih dimunculkan dulu. ’’Everything comes up with an idea, termasuk membangun bisnis dalam dunia digital, ujarnya.
Konsep dari SITTI adalah semacam search engine seperti google yang mampu menangkap ratusan ribu kata berbahasa
Hingga saat ini, walaupun usia SITTI belum menginjak satu tahun, tapi platform yang bekerjasama dengan SITTI sudah mencapai sekitar 9.000, termasuk kompas.com, detik.com, juga blog dan portal berita lainnya. Keuntungan bagi klien SITTI adalah sistem pembayarannya disesuaikan dengan jumlah berapa kali iklannya di-klik oleh pengunjung platform.
SITTI yang namanya terinspirasi dari nama Sitti Nurbaya, cerita yang ‘menggebrak’ eranya dalam hal linguistik zaman dahulu kala ini juga menggandeng Rene Suhardono dalam penciptaan strategi creative perusahaan. Menurutnya, hal apapun memiliki pemikiran dasar yang sama, yaitu give something first then you’ll receive it back. “Lihat saja apa yang dilakukan Google. Kita tak harus bayar untuk mengakses sebanyak-banyaknya informasi dari
‘’Konsep bisnis apapun berdasar pada demand and supply. Saat ini
Untuk ke depannya, menurut Andy, visi yang ingin dicapai oleh SITTI adalah memajukan industri Usaha Kecil Menengah (UKM) di seluruh
Di sisi lain, hal yang masih perlu terus ditingkatkan adalah pemerataan penggunaan internet pada usia di atas 35 tahun. Pasalnya, sampai saat ini 90% dari pengguna internet di Indonesia adalah orang di bawah 35 tahun, di mana presentase keseluruhan pengguna internet baru mencapai 19% dari total populasi di Indonesia. Jadi, walau usia sudah melewati usia produktif, bukan berarti ide-ide bisnis yang baru tidak bisa disalurkan secara digital, bukan?
Changing the world
Revolusi digital media bisa menyentuh berbagai aspek kehidupan dan berpengaruh pada dunia secara global. Visi besar ini apabila disepakati serempak oleh setiap negara, sampai satuan terkecil yaitu individu di seluruh dunia, bukanlah sekedar mimpi. Dengan membekali diri dengan wawasan informasi, kita bisa mewariskan pengetahuan baru pada orang lain yang membutuhkan. Sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat contohnya, bisa memberikan pelatihan bagaimana menerapkan teknologi yang ada untuk para petani. Melalui pengetahuan tersebut, masyarakat bisa menjadi cerdas sesuai porsinya.
Perlahan-lahan, nasib bangsapun berubah. Bagi Rene, bila kita peduli untuk perbaikan kualitas hidup bangsa Tanah Air kita ini, kita harus menyediakan wadah yang bisa diakses banyak orang. Semisal SITTI yang sedang menggarap strategi lanjutan dan memperluas eksistensinya sampai ke semua kelas sosial masyarakat.
Luasnya lagi, menurut analisa Donny dan Enda, bila sebagian besar masyarakat sudah melek informasi dan teknologi, maka hubungan antar pemerintah dan masyarakat bisa membaik. Infrastruktur komunikasi meningkat, lalu pemerintah bisa berubah menjadi fasilitator (bukan sekedar regulator) bagi masyarakat yang bisa mengatur diri sendiri. Perlahan-lahan, korupsi bisa berkurang, HAM tercapai, pendidikan merata, dan tingkat ekonomi global meningkat. Pada akhirnya tercapailah tujuan suatu negara untuk melahirkan knowledge-based society.
Perjalanan digital media dari masa ke masa
1771: Publikasi
1922: Radio komersial mulai menyiarkan berita
1941: Penyebaran informasi melalui televisi
1969: Awal mula penemuan internet
1970: Penciptaan komputer personal
1972: Pengenalan teknologi TV kabel
1979: Sistem berdiskusi melalui internet diciptakan
1980: Lahirnya Miscrosoft
1982: Penemuan Compact Disc (CD)
1990: Program World Wide Web (www) dikenalkan pada khalayak
1993: Penemuan Digital Versatile Disc (DVD)
1997: Dimulainya budaya blogging
2001: Lahirnya Wikipedia sebagai sumber informasi
2001: Penyebaran informasi melalui radio satelit
2002: Friendster muncul sebagai jejaring sosial pertama
2004: Facebook diperkenalkan oleh Mark Zuckerberg
2005:
2006: Twitter lahir melengkapi kehadiran jejaring sosial
2008: Penemuan Online TV
Penulis: Faye Yolody
(Dimuat di majalah First Priority/Today’s business/edisi 9)
No comments:
Post a Comment