#sambungan dari Chaos Before Flight
Dua malam di negeri singa bersama orang-orang terdekat, adalah sesuatu. Koper berat, jalan capek, duit habis, nggak bisa jadi perbandingan.
Kami menginap di River City inn, sebuah flat di lantai empat dengan kapasitas lebih dari 42 orang. Suasananya enak. Kecil, penuh tapi tak sumpek. Ada bule yang lagi chatting, orang Cina yang lagi baca, filipino yang lagi mengobrol. Ada orang-orang Indonesia yang lagi ngos-ngosan bawa koper. Itu kami.
Siang pertama, kami mengisi perut di food court Central Mall, tak jauh dari hostel kami. Menu Mee Rebusnya enak. Yang kami takjub, pelayan restorannya tak memegang kertas dan bolpen saat kami memesan. Jadi, seberapa banyak kami memesan, ia mengingatnya. Tisu pun tak pernah disediakan di semua restoran. Apakah saking go-greennya mereka?
Setelah itu, kami berburu tiket terusan MRT untuk turis. Cukup mengeluarkan kocek 24$ plus 10$ untuk deposit, kita bisa berkeliling Singapura dengan MRT. Cukup melakukan sensor kartu. Tiit..
Sorenya, kami mengunjungi Science Centre. Di sana, segala wujud ilmu fisika membentuk permainan-permainan yang unik dan pintar. Dengan biaya sekitar 9$, kita bisa melihat semuanya. Setelah itu, kami ke Anchorpoint, sebuah mal di daerah Queenstown. Saya dan Tata, membeli dress murah meriah di Cotton On. Memang seperti anak kembar, kami membeli dress yang sama. Tentu ukurannya berbeda. He he..
Malam di hari pertama, saya terkena musibah. Serasa hidup di zaman dulu sebelum ada telepon. Pulsa habis, padahal saya janjian dengan beberapa teman di sana. Saya dan Edwin berencana bertemu Nora di depan Ion Plaza Orchard jam setengah 8. Ia sudah menunggu sejak jam setengah tujuh, dan ketika kami datang satu jam berikutnya, ia lenyap. Perut lapar mulai menggonggong. Kami pasrah dan menyeberang ke Lucky Plaza untuk makan mie sichuan.
Mi sichuan ditaruh di meja, sambal ditangan lekas tumpah karena mendapat sms kalau Nora ada di foodcourt Ion Plaza. Perasaan tak menentu saat makan. Mie dengan sambal super pedas jadi terasa hambar. Tak lama, saya berjumpa dengan seorang teman SMA di salah satu counter makanan. Satu sisi kaget, satu sisi senang ada teman yang bisa dipinjam Hapenya untuk mengirim sms.
Kekesalan terhapus begitu kami bersua. Sudahlah.. Namanya juga miskomunikasi.:)
Hari kedua, *maaf saya harus berhenti sampai di sini*nanti saya lanjutkan*
No comments:
Post a Comment