Dari samar-samar sampai gaduh, klakson mobil mulai menyalak, disusul motor, bis, lalu mobil lagi.
Bunyinya merambat melalui jendela dan menyusup masuk lantai tiga, terselip di telinga.
Oh pantas, sudah jam lima. Perut-perut di dalam sana sedang berteriak-teriak. Berkelit mungkin usus mereka. Lambung sudah menganga minta diisi. Jadilah saya menunggu waktu yang tepat untuk pulang kantor, menerjang kemacetan Jakarta yang dihiasi kancah emosi orang-orang.
Sekarang saya meyiapkan mental karena dalam beberapa menit di depan saya sudah berada di antara bebunyian klakson tersebut. Novelku, temani aku ya.
No comments:
Post a Comment